TEFL Explained
Teaching English as a foreign language (TEFL), is a term used to describe the teaching of English to non-native speakers in a country where English is not the first language (see ESL/ESOL/EFL/ELT, which explains the differences between the many acronyms you are likely to encounter in English language teaching). It is possible for TEFL to happen within English speaking countries, in language schools for example, but teaching tends to takes place in a student’s native country. There, TEFL is used within state school systems, private language schools and even by freelance teachers. Teachers can be either native or non-native speakers.
Qualifications
There are institutions that provide TEFL certification across the globe, but there is no internationally recognised independent accrediting organisation that overlooks the issuing of these qualifications. TEFL providers tend to get their certificates accredited by organisations within their region that are able to approve teaching qualifications.
Wages Worldwide
As with all jobs a TEFL teacher’s rate of pay depends on length of service, experience and the employer. There are other more specific factors that apply to teaching abroad, such as the threat of terrorism or military action, duration of the teacher’s contract and the economic status of the country. Do not always be put off by what appears to be a low wage; it could be enough to provide a high quality of life.
The highest pay for TEFL teachers on short-term contracts is in the Middle East. Demand for English classes far exceeds the number of teachers so Taiwan, Japan and South Korea are all popular locations for travelling TEFL teachers.
Be aware that in some countries it is possible to set up private language schools without any restriction on teaching standards or staff wages. Unscrupulous businesses use these schools to exploit both teachers and students, so be careful and research any school you are considering working for.
Rabu, 07 Juli 2010
Frase, Klausa, dan Kalimat
Frase, Klausa, dan Kalimat
A. Frase
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Misalnya: akan datang, kemarin pagi, yang sedang menulis.
Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu
a. Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
b. Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu: S, P, O, atau K.
Macam-macam frase:
A. Frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
1. Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya: kakek-nenek pembinaan dan pengembangan
laki bini belajar atau bekerja
2. Frase endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya: perjalanan panjang
hari libur
Perjalanan, hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atributif.
3. Frase endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi, …., sangat pandai.
…., anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi (Ap).
B. Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. kelas
C. Frase Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan.
1. Frase Nominal: frase yang memiliki distributif yang sama dengan kata nominal.
Misalnya: baju baru, rumah sakit
2. Frase Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
Misalnya: akan berlayar
3. Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping
4. Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok sore
5. Frase Depan: frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase sebagai aksinnya.
Misalnya: di halaman sekolah, dari desa
D. Frase Ambigu
Frase ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
Misalnya: Perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja, berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku.
Frase perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian ganda:
1. Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
2. Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.
B. Klausa
Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi kalimat. Misalnya: banyak orang mengatakan.
Unsur inti klausa ialah subjek (S) dan predikat (P).
Penggolongan klausa:
1. Berdasarkan unsur intinya
2. Berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat
3. Berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi predikat
C. Kalimat
a. Pengertian
Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung pikiran yang lengkap dan punya pola intonasi akhir.
Contoh: Ayah membaca koran di teras belakang.
b. Pola-pola kalimat
Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar pembentukan kalimat luas itu.
1. Pola kalimat I = kata benda-kata kerja
Contoh: Adik menangis. Anjing dipukul.
Pola kalimat I disebut kalimat ”verbal”
2. Pola kalimat II = kata benda-kata sifat
Contoh: Anak malas. Gunung tinggi.
Pola kalimat II disebut pola kalimat ”atributif”
3. Pola kalimat III = kata benda-kata benda
Contoh: Bapak pengarang. Paman Guru
Pola pikir kalimat III disebut kalimat nominal atau kalimat ekuasional. Kalimat ini mengandung kata kerja bantu, seperti: adalah, menjadi, merupakan.
4. Pola kalimat IV (pola tambahan) = kata benda-adverbial
Contoh: Ibu ke pasar. Ayah dari kantor.
Pola kalimat IV disebut kalimat adverbial
D. Jenis Kalimat
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.
Kalimat Tunggal Susunan Pola Kalimat
Ayah merokok.
Adik minum susu.
Ibu menyimpan uang di dalam laci. S-P
S-P-O
S-P-O-K
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
a. Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada.
Misalnya: Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal)
Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi.
(subjek pada kalimat pertama diperluas)
b. Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih pola kalimat.
Misalnya: Susi menulis surat (kalimat tunggal I)
Bapak membaca koran (kalimat tunggal II)
Susi menulis surat dan Bapak membaca koran.
Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
1) Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:
a. Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas: dan, serta, lagipula, dan sebagainya.
Misalnya: Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai.
b. Kalimat majemuk serta memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau, baik, maupun.
Misalnya: Bapak minum teh atau Bapak makan nasi.
c. Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tetapi, melainkan.
Misalnya: Dia sangat rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.
2) Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsur kalimat yang mengalami perluasan dikenal adanya:
a. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek.
Misalnya: Diakuinya hal itu
P S
Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu.
anak kalimat pengganti subjek
b. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat.
Misalnya: Katanya begitu
Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas itu.
anak kalimat pengganti predikat
c. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek.
Misalnya: Mereka sudah mengetahui hal itu.
S P O
Mereka sudah mengetahuibahwa saya yang mengambilnya.
anak kalimat pengganti objek
d. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti keterangan.
Misalnya: Ayah pulang malam hari
S P K
Ayah pulang ketika kami makan malam
anak kalimat pengganti keterangan
3) Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola kalimat.
Misalnya: Ketika ia duduk minum-minum, datang seorang pemuda berpakaian bagus, dan menggunakan kendaraan roda empat.
Ketika ia duduk minum-minum
pola atasan
datang seorang pemuda berpakaian bagus
pola bawahan I
datang menggunakan kendaraan roda empat
pola bawahan II
3. Kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
a. Kalimat inti
Kalimat inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua kata dan sekaligus menjadi inti kalimat.
Ciri-ciri kalimat inti:
1) Hanya terdiri atas dua kata
2) Kedua kata itu sekaligus menjadi inti kalimat
3) Tata urutannya adalah subjek mendahului predikat
4) Intonasinya adalah intonasi ”berita yang netral”. Artinya: tidak boleh menyebabkan perubahan atau pergeseran makna laksikalnya..
b. Kalimat luas
Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata-kata baru sehingga tidak hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih.
c. Kalimat transformasi
Kalimat transformasi merupakan kalimat inti yang sudah mengalami perubahan atas keempat syarat di atas yang berarti mencakup juga kalimat luas. Namun, kalimat transformasi belum tentu kalimat luas.
Contoh kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
a. Kalimat Inti. Contoh: Adik menangis.
b. Kalimat Luas. Contoh: Radha, Arief, Shinta, Mamas, dan Mila sedang belajar dengan serius, sewaktu pelajaran matematika.
c. Kalimat transformasi. Contoh:
i) Dengan penambahan jumlah kata tanpa menambah jumlah inti, sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi.
ii) Dengan penambahan jumlah inti sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis dan merengek kepada ayah untuk dibelikan komputer.
iii) Dengan perubahan kata urut kata. Contoh: Menangis adik.
iv) Dengan perubahan intonasi. Contoh: Adik menangis?
4. Kalimat Mayor dan Minor
a. Kalimat mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti.
Contoh: Amir mengambil buku itu.
Arif ada di laboratorium.
Kiki pergi ke Bandung.
Ibu segera pergi ke rumah sakit menengok paman, tetapi ayah menunggu kami di rumah Rati karena kami masih berada di sekolah.
b. Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.
Contoh: Diam!
Sudah siap?
Pergi!
Yang baru!
Kalimat-kalimat di atas mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.
Contoh: Amir mengambil.
Arif ada.
Kiki pergi
Ibu berangkat-ayah menunggu.
Karena terdapat dua inti, kalimat tersebut disebut kalimat mayor.
5. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara atau penulis secara singka, jelas, dan tepat.
Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Singkat : hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
Tepat : sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
Kalimat Tidak Efektif
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.
Sebab-Sebab Ketidakefektifan Kalimat
1. kontaminasi= merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah
contoh:
diperlebar, dilebarkan diperlebarkan (salah)
memperkuat, menguatkan memperkuatkan (salah)
sangat baik, baik sekali sangat baik sekali (salah)
saling memukul, pukul-memukul saling pukul-memukul (salah)
Di sekolah diadakan pentas seni. Sekolah mengadakan pentas seni Sekolah mengadakan pentas seni (salah)
2. pleonasme= berlebihan, tumpang tindih
contoh :
para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
banyak siswa-siswa (banyak siswa)
saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)
3. tidak memiliki subjek
contoh:
Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar)
Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar) ??
Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
4. adanya kata depan yang tidak perlu
Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat.
Kepada siswa kelas I berkumpul di aula.
Selain daripada bekerja, ia juga kuliah.
5. salah nalar
waktu dan tempat dipersilahkan. (Siapa yang dipersilahkan)
Mobil Pak Dapit mau dijual. (Apakah bisa menolak?)
Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
Bola gagal masuk gawang. (Ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek bernyawa)
6. kesalahan pembentukan kata
mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
menyetop seharusnya menstop
mensoal seharusnya menyoal
ilmiawan seharusnya ilmuwan
sejarawan seharusnya ahli sejarah
7. pengaruh bahasa asing
Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …) (seharusnya tempat)
Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
Saya telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya katakan)
8. pengaruh bahasa daerah
… sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
… oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin)
.
E. Konjungsi
Konjungsi antarklausa, antarkalimat, dan antarparagraf.
Konjungsi atau kata sambung adalah kata-kata yang menghubungkan bagian-bagian kalimat, menghubungkan antarkalimat, antarklausa, antarkata, dan antarparagraf.
1. Konjungsi antarklausa
a. Yang sederajat: dan, atau, tetapi, lalu, kemudian.
b. Yang tidak sederajat: ketika, bahwa, karena, meskipun, jika, apabila.
2. Konjungsi antarkalimat: akan tetapi, oleh karena itu, jadi, dengan demikian.
3. Konjungsi antarparagraf: selain itu, adapun, namun.
A. Frase
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Misalnya: akan datang, kemarin pagi, yang sedang menulis.
Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu
a. Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
b. Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu: S, P, O, atau K.
Macam-macam frase:
A. Frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
1. Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya: kakek-nenek pembinaan dan pengembangan
laki bini belajar atau bekerja
2. Frase endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya: perjalanan panjang
hari libur
Perjalanan, hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atributif.
3. Frase endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi, …., sangat pandai.
…., anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi (Ap).
B. Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. kelas
C. Frase Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan.
1. Frase Nominal: frase yang memiliki distributif yang sama dengan kata nominal.
Misalnya: baju baru, rumah sakit
2. Frase Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
Misalnya: akan berlayar
3. Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping
4. Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok sore
5. Frase Depan: frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase sebagai aksinnya.
Misalnya: di halaman sekolah, dari desa
D. Frase Ambigu
Frase ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
Misalnya: Perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja, berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku.
Frase perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian ganda:
1. Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
2. Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.
B. Klausa
Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi kalimat. Misalnya: banyak orang mengatakan.
Unsur inti klausa ialah subjek (S) dan predikat (P).
Penggolongan klausa:
1. Berdasarkan unsur intinya
2. Berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat
3. Berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi predikat
C. Kalimat
a. Pengertian
Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung pikiran yang lengkap dan punya pola intonasi akhir.
Contoh: Ayah membaca koran di teras belakang.
b. Pola-pola kalimat
Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar pembentukan kalimat luas itu.
1. Pola kalimat I = kata benda-kata kerja
Contoh: Adik menangis. Anjing dipukul.
Pola kalimat I disebut kalimat ”verbal”
2. Pola kalimat II = kata benda-kata sifat
Contoh: Anak malas. Gunung tinggi.
Pola kalimat II disebut pola kalimat ”atributif”
3. Pola kalimat III = kata benda-kata benda
Contoh: Bapak pengarang. Paman Guru
Pola pikir kalimat III disebut kalimat nominal atau kalimat ekuasional. Kalimat ini mengandung kata kerja bantu, seperti: adalah, menjadi, merupakan.
4. Pola kalimat IV (pola tambahan) = kata benda-adverbial
Contoh: Ibu ke pasar. Ayah dari kantor.
Pola kalimat IV disebut kalimat adverbial
D. Jenis Kalimat
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.
Kalimat Tunggal Susunan Pola Kalimat
Ayah merokok.
Adik minum susu.
Ibu menyimpan uang di dalam laci. S-P
S-P-O
S-P-O-K
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
a. Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada.
Misalnya: Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal)
Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi.
(subjek pada kalimat pertama diperluas)
b. Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih pola kalimat.
Misalnya: Susi menulis surat (kalimat tunggal I)
Bapak membaca koran (kalimat tunggal II)
Susi menulis surat dan Bapak membaca koran.
Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
1) Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:
a. Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas: dan, serta, lagipula, dan sebagainya.
Misalnya: Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai.
b. Kalimat majemuk serta memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau, baik, maupun.
Misalnya: Bapak minum teh atau Bapak makan nasi.
c. Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tetapi, melainkan.
Misalnya: Dia sangat rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.
2) Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsur kalimat yang mengalami perluasan dikenal adanya:
a. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek.
Misalnya: Diakuinya hal itu
P S
Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu.
anak kalimat pengganti subjek
b. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat.
Misalnya: Katanya begitu
Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas itu.
anak kalimat pengganti predikat
c. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek.
Misalnya: Mereka sudah mengetahui hal itu.
S P O
Mereka sudah mengetahuibahwa saya yang mengambilnya.
anak kalimat pengganti objek
d. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti keterangan.
Misalnya: Ayah pulang malam hari
S P K
Ayah pulang ketika kami makan malam
anak kalimat pengganti keterangan
3) Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola kalimat.
Misalnya: Ketika ia duduk minum-minum, datang seorang pemuda berpakaian bagus, dan menggunakan kendaraan roda empat.
Ketika ia duduk minum-minum
pola atasan
datang seorang pemuda berpakaian bagus
pola bawahan I
datang menggunakan kendaraan roda empat
pola bawahan II
3. Kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
a. Kalimat inti
Kalimat inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua kata dan sekaligus menjadi inti kalimat.
Ciri-ciri kalimat inti:
1) Hanya terdiri atas dua kata
2) Kedua kata itu sekaligus menjadi inti kalimat
3) Tata urutannya adalah subjek mendahului predikat
4) Intonasinya adalah intonasi ”berita yang netral”. Artinya: tidak boleh menyebabkan perubahan atau pergeseran makna laksikalnya..
b. Kalimat luas
Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata-kata baru sehingga tidak hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih.
c. Kalimat transformasi
Kalimat transformasi merupakan kalimat inti yang sudah mengalami perubahan atas keempat syarat di atas yang berarti mencakup juga kalimat luas. Namun, kalimat transformasi belum tentu kalimat luas.
Contoh kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
a. Kalimat Inti. Contoh: Adik menangis.
b. Kalimat Luas. Contoh: Radha, Arief, Shinta, Mamas, dan Mila sedang belajar dengan serius, sewaktu pelajaran matematika.
c. Kalimat transformasi. Contoh:
i) Dengan penambahan jumlah kata tanpa menambah jumlah inti, sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi.
ii) Dengan penambahan jumlah inti sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis dan merengek kepada ayah untuk dibelikan komputer.
iii) Dengan perubahan kata urut kata. Contoh: Menangis adik.
iv) Dengan perubahan intonasi. Contoh: Adik menangis?
4. Kalimat Mayor dan Minor
a. Kalimat mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti.
Contoh: Amir mengambil buku itu.
Arif ada di laboratorium.
Kiki pergi ke Bandung.
Ibu segera pergi ke rumah sakit menengok paman, tetapi ayah menunggu kami di rumah Rati karena kami masih berada di sekolah.
b. Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.
Contoh: Diam!
Sudah siap?
Pergi!
Yang baru!
Kalimat-kalimat di atas mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.
Contoh: Amir mengambil.
Arif ada.
Kiki pergi
Ibu berangkat-ayah menunggu.
Karena terdapat dua inti, kalimat tersebut disebut kalimat mayor.
5. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara atau penulis secara singka, jelas, dan tepat.
Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Singkat : hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
Tepat : sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
Kalimat Tidak Efektif
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.
Sebab-Sebab Ketidakefektifan Kalimat
1. kontaminasi= merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah
contoh:
diperlebar, dilebarkan diperlebarkan (salah)
memperkuat, menguatkan memperkuatkan (salah)
sangat baik, baik sekali sangat baik sekali (salah)
saling memukul, pukul-memukul saling pukul-memukul (salah)
Di sekolah diadakan pentas seni. Sekolah mengadakan pentas seni Sekolah mengadakan pentas seni (salah)
2. pleonasme= berlebihan, tumpang tindih
contoh :
para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
banyak siswa-siswa (banyak siswa)
saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)
3. tidak memiliki subjek
contoh:
Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar)
Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar) ??
Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
4. adanya kata depan yang tidak perlu
Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat.
Kepada siswa kelas I berkumpul di aula.
Selain daripada bekerja, ia juga kuliah.
5. salah nalar
waktu dan tempat dipersilahkan. (Siapa yang dipersilahkan)
Mobil Pak Dapit mau dijual. (Apakah bisa menolak?)
Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
Bola gagal masuk gawang. (Ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek bernyawa)
6. kesalahan pembentukan kata
mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
menyetop seharusnya menstop
mensoal seharusnya menyoal
ilmiawan seharusnya ilmuwan
sejarawan seharusnya ahli sejarah
7. pengaruh bahasa asing
Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …) (seharusnya tempat)
Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
Saya telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya katakan)
8. pengaruh bahasa daerah
… sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
… oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin)
.
E. Konjungsi
Konjungsi antarklausa, antarkalimat, dan antarparagraf.
Konjungsi atau kata sambung adalah kata-kata yang menghubungkan bagian-bagian kalimat, menghubungkan antarkalimat, antarklausa, antarkata, dan antarparagraf.
1. Konjungsi antarklausa
a. Yang sederajat: dan, atau, tetapi, lalu, kemudian.
b. Yang tidak sederajat: ketika, bahwa, karena, meskipun, jika, apabila.
2. Konjungsi antarkalimat: akan tetapi, oleh karena itu, jadi, dengan demikian.
3. Konjungsi antarparagraf: selain itu, adapun, namun.
artikel "MENJAWABI PANGGILAN LEWO TANA
MENJAWAB PANGGILAN LEWO TANA
Artikel Yosni Herin
Dewasa ini sudah cukup banyak karya tulis yang mendokumentasikan sejarah dan kebudayaan masyarakat Lamaholot, sebuah istilah untuk menyebut kelompok masyarakat yang mendiami daratan Pulau Flores bagian timur dan beberapa pulau kecil di sekitarnya (Solor, Adonara dan Lembata). Tetapi, karya tulis yang secara khusus mendokumentasikan sejarah dan kebudayaan Pulau Solor, kiranya belum terlalu banyak. Lebih sedikit lagi, atau bahkanhampir tidak ada karya tulis yang mengangkat sejarah dan budaya pada tingkatan yang sangat lokal (dusun atau desa).
Berangkat dari keprihatinan tersebut, Jacob J. Herin salah satu putra Solor kelahiran Desa Lewotanaole, Solor Baratyang selama ini mendedikasikan diri di dunia jurnalistik menulis buku mungil ini. Buku ini tidak mengangkat kisah sejarah dan budaya pada skala yang luas—dalam arti mencakup seluruh entitas yang disebut Lamaholot. Buku ini pun tidak membicarakan sejarah dan budaya Pulau Solor. Buku ini ’hanya’ berkisah tentang masyarakat di dua dusun terpencil di Kecamatan Solor Barat, Kabupaten Flores Timur yaitu Dusun Lamaku dan Lamaole yang nyaris tidak dikenal pihak luar.
Dalam Kata Pengantar, Jacob J. Herin menulis, ”Buku ini ditulis untuk para pembaca generasi muda yang tertarik pada kebudayaan asli khususnya kebudayaan asli Suku Lamaku dan Lamaole di Pulau Solor yang selama ini hampir tidak dikenal orang” (Halaman 7). Herin tidak bermimpi terlalu tinggi tentang kampung halamannya. Dia hanya ingin agar generasi muda dapat mengenal sebuah entitas budaya yang jauh dari pusaran peradaban dunia dan yang hingga masih memeluk teguh adat istiadat asli di tengah arus kuat modernisme dan globalisme.
Kendati demikian, Herin tidak mati-matian mempertahankan tradisionalisme. Ia malah menuntut saudara-saudaranya di kampung agar bersikap positif terhadap berbagai penetrasi budaya dari luar. Hal ini bukan lantaran budaya asli sudah tidak mampu menjawab berbagai tantangan baru yang datang secara bertubi-tubi. Sikap positif ini lebih dilihat sebagai peluang menuju transformasi budaya.
Anak kampung yang sudah melanglang buana ke berbagai daerah ini menyadari bahwa ada tegangan luar biasa antara tradisionalisme di satu pihak dan modernisme di lain pihak. Jika masyarakat tidak cukup arif menyiasati perkembangan yang ada, maka hanya ada dua pilihan: masyarakat lokal akan terlempar dari derap kemajuan dan tetap tinggal sebagai masyarakat tradisional (yang miskin dan terkebelakang) atau terseret dalam gelegar modernisasi dengan konsekuensi kehilangan jati diri karena tercerabut dari sejarah dan akar budayanya sendiri.
Karena itu, Herin menandaskan ”Kebudayaan lokal di Pulau Solor khususnya kebudayaan Suku Lamaku dan Lamaole di Desa Lewotanaole dituntut bersikap positif terhadap transformasi budaya, artinya perubahan budaya menuju suatu kehidupan yang lebih baik, yang lebih bernilai tanpa adanya rasa rendah diri dan tanpa rasa takut terhadap pengaruh nasional maupun global” (Halaman 11).
***
Judul buku ini, ”Lewo Mayen Tana Doen” jika diterjemahkan secara bebas artinya panggilan kampung halaman atau panggilan ’lewotana’ (istilah khas masyarakat Lamaholot untuk menyebut kampung halaman). Judul ini diambil dari sebaris syair dalam sastra adat Lamaholot (Koda Kelake) yang dituturkan seorang tua adat pada momen penerimaan imam baru di kampung Lamaole pada 19 Juli 2002 (Halaman 30 – 31). Koda kelake khususnya mitos tentang asal-usul (tutu maring usu-asa) seperti contoh yang diangkat Herin mempunyai tempat sentral dalam budaya Lamaholot karena memberi legitimasi magis tentang asal-usul dan hirarki kekuasaan suku-suku atas lewotana dan nura newa (tanah ulayat).
Syair ini ditempatkan dalam bahasan tentang Rumah Adat. Dalam budaya Lamaholot, rumah adat atau korke/koke adalah tempat upacara atau ritus, juga acap kali digunakan sebagai tempat pertemuan adat. Fungsinya sangat penting sebagai sarana untuk mendekatkan diri dengan wujud tertinggi yang disebut Ama Lera Wulan, Ina Tana Ekan (Bapa Matahari-Rembulan, Ibu Bumi) atau dalam dialek Lamaole/Lamaku Lera Wulen Tana Eken. Selain itu, simbol yang cukup penting dalam budaya Lamaholot adalah nuba nara (batu pemujaan) dannamang atau nama (tempat menari).
Contoh mitos asal-usul juga dikisahkan secara khusus pada topik tentang Legenda (Halaman 19 – 27). Di sana Herin mencatat kisah asal-usul Suku Ole dan Suku Gapun. Disebutkan, kedua suku ini merupakan tuan tanah. Pasalnya, Suku Ole itu deka teti lodo (jatuh dari langit) sedangkan Suku Gapun itu bego lali tana one gere (muncul dari dalam tanah). Sayangnya, mitos asal-usul Suku Ole dan Suku Gapun ini tidak dikisahkan dalam bentuk syair sastra.
***
Buku ini nampaknya merupakan himpunan catatan-catatan lepas Jacob J. Herin dalam rentang waktu yang cukup lama. 19 topik yang disajikan secara ringkas dalam buku inimerupakan hasil wawancara dengan sejumlah narasumber (sebagian besar telah almarhum saat buku ini diterbitkan) maupun hasil pengamatan dan refleksinya atas berbagai fenomena sosio-kultural yang terjadi di tanah kelahirannya.
Melalui buku kecil ini, Jacob J. Herin berusaha membawa pembaca untuk mengenal dari dekat berbagai aspek dan dimensi kehidupan masyarakat Dusun Lamaku dan Lamaole. Herin berupaya sekuat tenaga menjadi pengantar yang baik bagi pembaca untuk mengenal panorama budaya kampung halamannya sambil sesekali menyentak pembaca dengan catatan kritis dan reflektif atas gejala sosio-kultural yang muncul.
Cukup menarik bahwa Jacob J. Herin mulai ’memanggungkan’ kisah kampung halamannya ini dibawah topik kebudayaan dan mengakirinya dengan sebuah upaya rekonstruksi jejak para leluhur sampai ke negeri Cina dan India Belakang.
Dalam sastra lisan di beberapa kampung lain, para penutur mengisahkan asal-usul mereka nun jauh di sebelah barat.
Doan bo lau Sina koto klopot (Jauh di Cina kepala gundul)
Lela bo lau Son gei gole (Nun di Son cukur keliling)
Mereka terpaksa berlayar mencari kehidupan ke wilayah timur lantaran musibah air bah yang menenggelamkan negeri mereka.
Pukenen ma’E ta’E go iti lei lodo pana
Pukenen mora bora go plilin lima wajon gawe
Go odo tena koon watan lau
Go gehan laja koon ai lali
(Lantaran banjir bandang saya bergegas jalan
Lantaran air bah saya singsing lengan mengayun langkah
Saya dorong perahu ke arah laut selatan
Saya tarik layar ke arah bawah)
Artikel Yosni Herin
Dewasa ini sudah cukup banyak karya tulis yang mendokumentasikan sejarah dan kebudayaan masyarakat Lamaholot, sebuah istilah untuk menyebut kelompok masyarakat yang mendiami daratan Pulau Flores bagian timur dan beberapa pulau kecil di sekitarnya (Solor, Adonara dan Lembata). Tetapi, karya tulis yang secara khusus mendokumentasikan sejarah dan kebudayaan Pulau Solor, kiranya belum terlalu banyak. Lebih sedikit lagi, atau bahkanhampir tidak ada karya tulis yang mengangkat sejarah dan budaya pada tingkatan yang sangat lokal (dusun atau desa).
Berangkat dari keprihatinan tersebut, Jacob J. Herin salah satu putra Solor kelahiran Desa Lewotanaole, Solor Baratyang selama ini mendedikasikan diri di dunia jurnalistik menulis buku mungil ini. Buku ini tidak mengangkat kisah sejarah dan budaya pada skala yang luas—dalam arti mencakup seluruh entitas yang disebut Lamaholot. Buku ini pun tidak membicarakan sejarah dan budaya Pulau Solor. Buku ini ’hanya’ berkisah tentang masyarakat di dua dusun terpencil di Kecamatan Solor Barat, Kabupaten Flores Timur yaitu Dusun Lamaku dan Lamaole yang nyaris tidak dikenal pihak luar.
Dalam Kata Pengantar, Jacob J. Herin menulis, ”Buku ini ditulis untuk para pembaca generasi muda yang tertarik pada kebudayaan asli khususnya kebudayaan asli Suku Lamaku dan Lamaole di Pulau Solor yang selama ini hampir tidak dikenal orang” (Halaman 7). Herin tidak bermimpi terlalu tinggi tentang kampung halamannya. Dia hanya ingin agar generasi muda dapat mengenal sebuah entitas budaya yang jauh dari pusaran peradaban dunia dan yang hingga masih memeluk teguh adat istiadat asli di tengah arus kuat modernisme dan globalisme.
Kendati demikian, Herin tidak mati-matian mempertahankan tradisionalisme. Ia malah menuntut saudara-saudaranya di kampung agar bersikap positif terhadap berbagai penetrasi budaya dari luar. Hal ini bukan lantaran budaya asli sudah tidak mampu menjawab berbagai tantangan baru yang datang secara bertubi-tubi. Sikap positif ini lebih dilihat sebagai peluang menuju transformasi budaya.
Anak kampung yang sudah melanglang buana ke berbagai daerah ini menyadari bahwa ada tegangan luar biasa antara tradisionalisme di satu pihak dan modernisme di lain pihak. Jika masyarakat tidak cukup arif menyiasati perkembangan yang ada, maka hanya ada dua pilihan: masyarakat lokal akan terlempar dari derap kemajuan dan tetap tinggal sebagai masyarakat tradisional (yang miskin dan terkebelakang) atau terseret dalam gelegar modernisasi dengan konsekuensi kehilangan jati diri karena tercerabut dari sejarah dan akar budayanya sendiri.
Karena itu, Herin menandaskan ”Kebudayaan lokal di Pulau Solor khususnya kebudayaan Suku Lamaku dan Lamaole di Desa Lewotanaole dituntut bersikap positif terhadap transformasi budaya, artinya perubahan budaya menuju suatu kehidupan yang lebih baik, yang lebih bernilai tanpa adanya rasa rendah diri dan tanpa rasa takut terhadap pengaruh nasional maupun global” (Halaman 11).
***
Judul buku ini, ”Lewo Mayen Tana Doen” jika diterjemahkan secara bebas artinya panggilan kampung halaman atau panggilan ’lewotana’ (istilah khas masyarakat Lamaholot untuk menyebut kampung halaman). Judul ini diambil dari sebaris syair dalam sastra adat Lamaholot (Koda Kelake) yang dituturkan seorang tua adat pada momen penerimaan imam baru di kampung Lamaole pada 19 Juli 2002 (Halaman 30 – 31). Koda kelake khususnya mitos tentang asal-usul (tutu maring usu-asa) seperti contoh yang diangkat Herin mempunyai tempat sentral dalam budaya Lamaholot karena memberi legitimasi magis tentang asal-usul dan hirarki kekuasaan suku-suku atas lewotana dan nura newa (tanah ulayat).
Syair ini ditempatkan dalam bahasan tentang Rumah Adat. Dalam budaya Lamaholot, rumah adat atau korke/koke adalah tempat upacara atau ritus, juga acap kali digunakan sebagai tempat pertemuan adat. Fungsinya sangat penting sebagai sarana untuk mendekatkan diri dengan wujud tertinggi yang disebut Ama Lera Wulan, Ina Tana Ekan (Bapa Matahari-Rembulan, Ibu Bumi) atau dalam dialek Lamaole/Lamaku Lera Wulen Tana Eken. Selain itu, simbol yang cukup penting dalam budaya Lamaholot adalah nuba nara (batu pemujaan) dannamang atau nama (tempat menari).
Contoh mitos asal-usul juga dikisahkan secara khusus pada topik tentang Legenda (Halaman 19 – 27). Di sana Herin mencatat kisah asal-usul Suku Ole dan Suku Gapun. Disebutkan, kedua suku ini merupakan tuan tanah. Pasalnya, Suku Ole itu deka teti lodo (jatuh dari langit) sedangkan Suku Gapun itu bego lali tana one gere (muncul dari dalam tanah). Sayangnya, mitos asal-usul Suku Ole dan Suku Gapun ini tidak dikisahkan dalam bentuk syair sastra.
***
Buku ini nampaknya merupakan himpunan catatan-catatan lepas Jacob J. Herin dalam rentang waktu yang cukup lama. 19 topik yang disajikan secara ringkas dalam buku inimerupakan hasil wawancara dengan sejumlah narasumber (sebagian besar telah almarhum saat buku ini diterbitkan) maupun hasil pengamatan dan refleksinya atas berbagai fenomena sosio-kultural yang terjadi di tanah kelahirannya.
Melalui buku kecil ini, Jacob J. Herin berusaha membawa pembaca untuk mengenal dari dekat berbagai aspek dan dimensi kehidupan masyarakat Dusun Lamaku dan Lamaole. Herin berupaya sekuat tenaga menjadi pengantar yang baik bagi pembaca untuk mengenal panorama budaya kampung halamannya sambil sesekali menyentak pembaca dengan catatan kritis dan reflektif atas gejala sosio-kultural yang muncul.
Cukup menarik bahwa Jacob J. Herin mulai ’memanggungkan’ kisah kampung halamannya ini dibawah topik kebudayaan dan mengakirinya dengan sebuah upaya rekonstruksi jejak para leluhur sampai ke negeri Cina dan India Belakang.
Dalam sastra lisan di beberapa kampung lain, para penutur mengisahkan asal-usul mereka nun jauh di sebelah barat.
Doan bo lau Sina koto klopot (Jauh di Cina kepala gundul)
Lela bo lau Son gei gole (Nun di Son cukur keliling)
Mereka terpaksa berlayar mencari kehidupan ke wilayah timur lantaran musibah air bah yang menenggelamkan negeri mereka.
Pukenen ma’E ta’E go iti lei lodo pana
Pukenen mora bora go plilin lima wajon gawe
Go odo tena koon watan lau
Go gehan laja koon ai lali
(Lantaran banjir bandang saya bergegas jalan
Lantaran air bah saya singsing lengan mengayun langkah
Saya dorong perahu ke arah laut selatan
Saya tarik layar ke arah bawah)
kumpulan teori kebenaran
TEORI KEBENARAN
Pengantar
Apakah kebenaran itu, suatu pertanyaan yang sangat menukiki bila kita sedang mendebatkan masalah. Apakah itu masalah ekonomi hingga politik yang rumit.
Kebenaran acapkali diperdebatkan, namun makna sebenarnya acapkali ditinggal.
“Jika anak kecil digigit anjing maka yang benar anak tersebut harus berganti menggigit anjing”, apakah ini juga suatu kebenaran ??
TEORI KORESPONDENSI TENTANG KEBENARAN
Teori yang pertama ialah teori korespondensi [Correspondence Theory of Truth], yang kadang kala disebut The accordance Theory of Truth. Menurut teori ini dinyatakan bahwa, kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian [correspondence] antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh terjadi merupakan kenyataan atau faktanya.
a proposition (or meaning) is true if there is a fact to which it corresponds, if it expresses what is the case [Suatu proposisi atau pengertian adalah benar jika terdapat suatu fakta yang selaras dengan kenyataannya, atau jika ia menyatakan apa adanya].
"Truth is that which conforms to fact; which agrees with reality; which corresponds to the actual situation."[Kebenaran adalah yang bersesuaian dengan fakta, yang beralasan dengan realitas, yang serasi (corresponds) dengan situasi actual].
Truth is that which to fact or agrees with actual situation. Truth is the agreement between the statement of fact and actual fact, or between the judgment and the environmental situation of which the judgment claims to be an interpretation."[Kebenaran ialah suatu yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras dengan situasi aktual. Kebenaran ialah persesuaian (agreement) antara pernyataan (statement) mengenai fakta dengan fakta aktual; atau antara putusan (Judgment) dengan situasi seputar (Enviromental situation) yang diberinya intepretasi.
“if a judgment corresponds with the facts, it is the true; if not, it is false." [Jika suatu putusan sesuai dengan fakta, maka dapat dikatakan benar ; Jika tidak maka dapat dikatakan salah].
Teori korespondensi ini sering dianut oleh realisme/empirisme.
K. Rogers, adalah seorang orang penganut realisme kritis Amerika, yang berpendapat bahwa : keadaan benar ini terletak dalam kesesuaian antara "esensi atau arti yang kita berikan" dengan "esensi yang terdapat didalam obyeknya".
"Epistemological realism.The view that there is an independent reality apart from minds, and we do not change it when we come to experience or to know it; sometimes called objectivism" [Realisme epistemologis berpandangan, bahwa terdapat realitas yang independence (tidak tergantung), yang terlepas dari pemikiran; dan kita tidak dapat mengubahnya bila kita mengalaminya atau memahami. Itulah sebabnya realisme epitemologis kadangkala disebut obyektivisme].
Dengan perkataan lain: realisme epistemologis atau obyektivisme
berpegang kepada kemandirian sebuah kenyataan tidak tergantung pada yang di luarnya. Dalam perpustakaan Marxis dapat dibaca :
If our sensations, perception, notions, concepts and theories corresponds to objective reality, if reflect if faithfully, we say that they are true, while true statement, judgment or theories are called the truth. [Jika sensasi kita, persepsi kita, pemahaman kita, konsep dan teori kita bersesuaian dengan realitas obyektif, dan jika itu semua mencerminkannya dengan cermat, maka kita katakan itu semua benar: pernyataan, putusan dan teori yang benar kita sebut kebenaran].
"Dialectical materialism understands truth as that knowledge of an objective/ with correctly reflect this objectives, i.e. correspond to it"
[Materialisme dialektika memahamkan kebenaran sebagai pengetahuan tentang sesuatu obyek, yang mencerminkan obyek tersebut secara tepat, dengan perkataan lain, bersesuaian dengan obyek yang dimaksud]
"For example, the scientific propositions that "Bodies consists of atoms", that the " Earth prior to man", that "the people are makers of history", etc. are true
"
[misalnya pengertian ilmiah bahwa "tubuh terdiri dari atom-atom"' bahwa "Bumi lebih dahulu ada dari pada manusia", bahwa "rakyat adalah pembuat sejarah", dan lain sebagainya, adalah benar].
In contrast to idealism, dialectical materialism maintains that truth is objective. Since truth reflects the objectively existing word, its content does not depend on man’s consciousness.
Objective truth, LENIN Wrote, is the content of our knowledge, which neither on mans, nor on mankind. The content of truth is fully determined by the objective process it reflects
Berlawanan dengan idealisme, maka meterialisme dialektika mempertahankan bahwa kebenaran adalah obeyektif. Selama kebenaran mencerminkan dunia wujud secara obyektif, maka wujudnya itu tergantung pada kesadaran manusia. Kebenaran obyektif, tulis Lenin, adalah kandungan pengetahuan kita yang tidak tergantung, baik kepada manusia maupun kepada kemanusiaan. Kandungan kebenaran sepenuhnya ditentukan oleh proses abyektif yang tercerminkannya.
LENIN Menulis:
"From live contemplation to abstract thinking and from that to practice, such is the dialectical process of cognizing the truth, of cognizing objective reality.
[Dari renungan yang hidup menuju ke pemikiran yang abstrak, dan dari situ menuju praktek, demikianlah proses dialektis tentang pengenalan atas kebenaran, atas realitas obyektif].
Selajunya kaum marxist mengenal dua macam kebenaran, yaitu (a) kebenaran mutlak dan (b) kebenaran relatif]
"Absolute truth is objective truth in its entirety, an absolutely exact reflection of reality"
[Kebenaran mutlak ialah kebenaran yang selengkapnya obyektif, yaitu suatu pencerminan dari realitas secara pasti mutlak]
" Relative truth is incomplete correspondence of knowledge to reality. Lenin called this truth the relatively true reflection of an object which is independent of man"
[Kebenaran relatif adalah pengetahuan mengenai relaitas yang kesesuaianya tidak lengkap, tidak sempurna. Menurut Lenin, kebenaran relatif adalah pencerminan dari obyek yang relatif benar, yang terbatas dari manusia].
"Every truth is objective truth”
[setiap kebenaran adalah kebenaran yang obyektif].
"Relative truth is imperfect, incomplete truth.
[kebenaran relatif adalah kebenaran yang tidak sempurna, tidak lengkap]
SIMPULAN :
Mengenai Teori Korespondensi tentang kebenaran dapat disimpulkan sebagai berikut :
Kita mengenal dua hal, yaitu : pertama pernyataan dan kedua keyataan. Menurut teori ini kebenartan iaah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan sesuatu sendiri.
Sebagai contoh dapat dikemukakan : " Surabaya adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Timur sekarang" ini adalah sebuah pernyataan; dan apabila kenyataannya memang Surabaya adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Timur ", pernyataan itu benar, maka pernyataan itu adalah suatu kebenaran.
Rumusan teori korespondensi tentang kebenaran itu bermula dari ARIESTOTELES, dan disebut teori penggambaran yang definisinya berbunyi sebagai berikut :
“VERITAS EST ADAEQUATIO INTELCTUS ET RHEI”
[kebenaran adalah persesuaian antara pikiran dan kenyataan].
TEORI KONSISTENSI TENTANG KEBENARAN
Teori yang kedua adalah Teori Konsistensi.
The Consistence Theory Of Truth, yang sering disebut dengan The coherence Theory Of Truth.
" According to this theory truth is not constituted by the relation between a judgment and something else, a fact or really, but by relations between judgment themselves "
[Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgment) dengan sesuatu yang lalu, yakni fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri].
Dengan demikian, kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui benarnya terlebih dahulu.
Jadi suatu proposisi itu cenderung untuk benar jika proposisi itu coherent [saling berhubungan] dengan proposisi yang benar, atau jika arti yang terkandung oleh proposisi tersebut koheren dengan pengalaman kita.
" A belief is true not because it agrees with fact but because it agrees, that is to say, harmonizes, with the body knowledge that we presses”
[Suatu kepercayaan adalah benar, bukan karena bersesuaian dengan fakta, melainkan bersesuaian/selaras dengan pengetahuan yang kita miliki]
"It the maintained that when we accept new belief as truths it is on the basis of the manner in witch they cohere with knowledge we already posses”
[Jika kita menerima kepercayan-kepercayaan baru sebagai kebenaran-kebenaran, maka hal itu semata-mata atas dasar kepercayaan itu saling berhubungan [cohere] dengan pengetahuan yang kita miliki]
“A judgment is true it if consistent with other judgment that are accepted or know to be true. True judgment is logically coherent with other relevance judgment”
[suatu putusan adalah benar apabila putusan itu konsisten dengan putusan-putusan yang terlebih dahulu kita terima, dan kita ketahui kebenarannya. Putusan yang benar adalah suatu putusan yang saling berhubungan secara logis dengan putusan-putusan lainnya yang relevance]
Jadi menurut teori ini , putusan yangh satu dengan puitusan yang lainnya saling berhubungan dan saling menerangkan satu sama lainnya.
"The truth is systematic coherence
[Kebenaran adalah saling hubungan yang sistematik]
" Truth is consistency”
[kebenaran adalah konsistensi, selaras, kecocokan]
Selanjutnya teori konsistensi/koherensi ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
Kebenaran adalah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan lainnya yang lebih dahulu kita akui/ terima/ ketahui kebenarannya.
Kedua:
Teori ini dapat juga dinamakan teori justifikasi tentang kebenaran, karena menurut teori ini suatu putusan dianggap benar apabila mendapat justifikasi putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah dikatahu kebenarannya.
Misalnya:
Bungkarno, adalah ayahanda Megawati Sukarno Puteri, adalah pernyataan yang kita ketahui, kita terima, dan kita anggap benar.
Jika terdapat penyataan yang koheren dengan pernyataan tersebut diatas, maka pernyataan ini dapat dinyatakan Benar. Kerena koheren dengan pernyataan yang dahulu:
Misalnya.
- Bungkarno memiliki anak bernama Megawati Sukarno Putri
- Anak-anak Bungkarno ada yang bernama Megawati Sukarno Putri
- Megawati Sukarno Putri adalah keturunan Bungkarno
- Dll
TEORI PRAGMATISME
Teori ketiga adalah teori pragmatisme tentang kebenaran, the pragmatic [pramatist] theory of truth. Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani pragma, artinya yang dikerjakan, yang dapat dilaksanakan, dilakukan, tindakan atau perbuatan.
Falsafah ini dikembangan oleh seortang orang bernama William James di Amerika Serikat.
Menurut filsafat ini dinyatakan, bahwa sesuatu ucapan, hukum, atau sebuah teori semata-mata bergantung kepada asas manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat.
Suatu kebenaran atau suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan manusia. Teori, hipotesa atau ide adalah benar apabila ia membawa kepada akibat yang memuaskan, jiak membawa akibat yang memuaskan, dan jika berlaku dalam praktik, serta memiliki niali praktis, maka dapat dinyatakan benar dan memiliki nilai kebenaran.
Kebenaran terbukti oleh kegunannya, dan akibat-akibat praktisnya. Sehingga kebenaran dinyatakan sebagai segala sesuatu yang berlaku.
Menurut William James “ ide-ide yang benar ialah ide-ide yang dapat kita serasikan, jika kita umumkan berlakunya, kita kuatkan dan kita periksa.
Menurut penganut praktis, sebuah kebenaran dimaknakan jika memiliki nilai kegunaan [utility] dapat dikerjakan [workability], akibat atau pengaruhnya yang memuaskan [satisfactory consequence].
Dinyatakan sebuah kebenaran itu jika memilki “hasil yang memuaskan “[satisfactory result], bila :
Sesuatu yang benar jika memuaskan keinginan dan tujuan manusia
Sesuatu yang benar jika dapat diuji benar dengan eksperimen
Sesuatu yang benar jika mendorong atau membantu perjuangan biologis untuk tetap ada.
HUBUNGAN TEORI & FAKTA
HUBUNGAN TEORI & FAKTA
[Sarana berpikir ilmiah]
Pemahaman teori & Pemahaman fakta
TEORI:
Teori adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematik dalam gejala social maupun natura yang dijadikan pencermatan. Teori merupakan abstarksi dari pengertian atau hubungan dari proposisi atau dalil.
Menurut Kerlinger [1973] teori dinyatakan sebagai sebuah set dari proposisi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena.
Terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam mencermati lebih jauh mengenai teori, yakni :
1. Teori adalah sebuah set proposisi yang terdiri dari konstrak [construct] yang sudah didefinisikan secara luas dan dengan hubungan unsur-unsur dalam set tersebut secara jelas
2. Teori menjelaskan hubungan antar variable atau antar konstrak sehingga pandangan yang sistematik dari fenomena fenomena yang diterangkan oleh variable dengan jelas kelihatan
3. Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasi variable satu berhubungan dengan variable yang lain.
Teori sebagai alat ilmu
Teori dinyatakan pula sebagai alat dari ilmu [tool of science], sedangkan peranya meliputi :
1. Mendifinisikan orientasi utama dari ilmu dengan cara memberikan definisi terrhadap jenis-jenis data yang akan dibuat
2. Teori memberikan rencana konseptual, dengan rencana fenomena-fenomena yang relevan disitematisasi, diklasifikasi dan dihubung-hubungkan.
3. Teori memberi ringkasan terhadap fakta dalam bentuk generalisasi empiris dan system generalisasi
4. Teori memberikan prediksi terhadap faktaTeori memperjelas celah-celah dalam pengetahuan kita
Fakta adalah pengamatan yang telah diverifikasi secara empiris. Fakta dalam prosesnya kadangkala dapat menjadi sebuah ilmu namun juga sebaliknya. Fakta tidak akan dapat menjadi sebuah ilmu manakala dihasilkan secara random saja. Namun bila dikumpulkan secara sistematis dengan beberama system serta dilakukan secara sekuensial, maka fakta tersebut mampu melahirkan sebuah ilmu. Sebagai kunci bahwa fakta tidak akan memiliki arti apa-apa tanpa sebuah teori.
HUBUNGAN FAKTA & TEORI
Hubungan fakta dan teori dapat divisualisasikan sebagai berikut :
Teori memprediksi fakta :
Penyingkatan fakta-fakta yang dilakukan oleh teori akan menghasilkan uniformitas dari pengamatan-pengamatan. Dengan adanya uniformitas maka dapat dibuat prediksi [ramalan] terhadap fakta-fakta yang akan datang dengan kata lain bahwa sebuah fakta baru akan lahir berdasarkan pengamatan fenomena-fenomena sekarang/saat ini.
Teori memperkecil jangkauan:
Fungsi utama dari teori adalah memberikan batasan terhadap ilmu dengan cara memperkecil jangkauan [range] dari fakta yang sedang dipelajari. Dalam dunia empiri banyak fenomena yang dapat dijadikan bahan pencermatan namun untuk pendalaman dan penajaman tertentu diperlukan batasan, sehingga teori berperan membatasi dalam lingkup [aspek] tertentu.
Teori meringkas fakta :
Teori melakukan perannya meringkas hasil penelitian . Melalui sebuah teori generalisasi terhadap hasil penelitian mudah dilakukan. Teori dengan mudah memberikan kemampuannya dalam memandu generalisasi-generalaisasi, bahkan teori mampu meringkas hubungan antar generalisasi.
Teori memperjelas celah kosong:
Dengan kemampuannya meringkas fakta – fakta saat ini dan melakukan prediksi, maka teori dapat memberikan petunjuk dan memperjelas kawasan mana yang belum dijangkau ilmu pengetahuan.
Fakta memprakarsai teori :
Terdapat berbagai fakta yang kita dijumpai secara empiri yang mampu melahirkan sebuah teori baru, karena secara tidak langsung fakta sebagai muara terciptanya sebuah teori.
Fakta memformulasikan kembali teori yang ada.
Tidak semua fakta mampu dijadikan teori, tetapi fakta dari hasil pengamatan dapat membuat teori lama menjadi teori baru /dikembangkan menjadi teori baru. Teori harus disesuaikan dengan fakta dengan demikian fakta dapat mengadakan reformulasi terhadap teori.
Fakta dapat menolak teori :
Jika banyak diperoleh fakta yang menujukkan sebuah teori tidak dapat diformulasikan maka fakta berhak menolak teori tersebut.
Fakta memberi jalan mengubah teori :
Fakta mampu memperjelas teori dan mengajak seseorang untuk mengubah orientasi teori . Dengan hadirnya orientasi baru dari teori akan bersekuensi logis pada penemuan fakta-fakta baru.
SIMPULAN
Teori meningkatkaan keberhasilan penelitian karena teoridapat menghubungkan penemuan penemuan yang nampaknya berbeda-beda ke dalam suatu keseluruhan serta memperjelas proses-proses yang terjadi didalamnya.
Teori dapat memberikan penjelasan terhadap hubungan –hubungan yang diamati dalam suatu penelitian.
PENDEKATAN AWAL FILSAFAT ILMU PENGATAHUAN
PENDEKATAN AWAL FILSAFAT ILMU PENGATAHUAN
Perbedaan antara ilmu dan pengetahuan
Dasar Ontologi keilmuan
Metodologi keilmuan
Pengantar:
Istilah ilmu sudah sangat populer, tetapi seringkali banyak orang memberikan gambaran yang tidak tepat mengenai hakikat ilmu. Terlebih lagi bila pengertian ini dikaitkan dengan berbagai aspek dalam suatu kegiatan keilmuan misalnya matematika, logika, penelitian dan sebagainya.
Apakah bedanya ilmu pengetahuan [science] dengan pengetahuan [knowledge] ? Apakah karakter ilmu ? apakah keguanaan ilmu ? Apakah perbedaan ilmu alam dengan ilmu sosial ? apakah peranan logika ? Dimanakah letak pentingnya penelitian ? apakah yang disebut metode penelitian? Apakah fungsi bahasa ? Apakah hubungan etika dengan ilmu.
Manusia berfikir karena sedang menghadapi masalah, masalah inilah yang menyebabkan manusia memusatkan perhatian dan tenggelam dalam berpikir untuk dapat menjawab dan mengatasi masalah tersebut, dari masalah yang paling sumir/ringan hingga masalah yang sangat "Sophisticated"/sangat muskil.
Kegiatan berpikir manusia pada dasarnya merupakan serangkaian gerak pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan [knowledge]. Manusia dalam berpikir mempergunakan lambang yang merupakan abstraksi dari obyek. Lambang-lambang yang dimaksud adalah "Bahasa" dan "Matematika"
Meskipun kelihatannya nampak betapa banyaknya serta aneka ragamnya buah pemikiran itu namun pada hakikatnya upaya manusia untuk memperoleh pengetahuan didasarkan pada tiga masalah pokok yakni :
ONTOLOGI :
Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui. Apa yang ingin diketahui oleh ilmu? atau dengan perkataan lain, apakah yang menjadi bidang telah ilmu
Suatu pertanyaan:
• Obyek apa yang ditelaah ilmu ?
• Bagaiman wujud yang hakiki dari obyek tersebut ?
• Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia [seperti berpikir, merasa dan mengindera] yang membuahkan pengetahuan.
[Inilah yang melandasi ONTOLOGI]
Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan-lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam pikiran orang Barat sudah menunjukkan munculnya perenungan di bidang ontology. Pada dasarnya tidak ada pilihan bagi setiap orang pemilihan antara “kenampakan”[appearance] dan “kenyataan”[reality]. Ontologi menggambarkan istilah-istilah seperti: “yang ada”[being], ”kenyataan” [reality], “eksistensi”[existence], ”perubahan” [change], “tunggal” [one] dan “jamak”[many].
Ontologi merupakan ilmu hakikat, dan yang dimasalahkan oleh ontology adalah:
Apakah sesungguhnya hakikat realitas yang ada”rahasia alam” dibalik realitas itu?
Ontologi membahas bidang kajian ilmu atau obyek ilmu. Penentuan obyek ilmu diawali dari subyeknya. Yang dimaksud dengan subyek adalah pelaku ilmu. Subyek dari ilmu adalah manusia; bagian manusia paling berperan adalah daya pikirnya.
DASAR ONTOLOGI ILMU
Apakah yang ingin diketahui ilmu atau apakah yang menjadi bidang telaah ilmu? Ilmu membatasi diri hanya pada kejadian yang bersifat empiris, mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh pancaindera manusia atau yang dapat dialami langsung oleh manusia dengan mempergunakan pancainderanya. Ruang lingkup kemampuan pancaindera manusia dan peralatan yang dikembangkan sebagai pembantu pancaindera tersebut membentuk apa yang dikenal dengan dunia empiris. Dengan demikian obyek ilmu adalah dunia pengalaman indrawi. Ilmu membatasi diri hanya kepada kejadian yang bersifat empiris.
Pengetahuan keilmuan mengenai obyek empiris ini pada dasarnya merupakan abstraksi yang disederhanakan. Penyederhanaan ini perlu sebab kejadian alam sesungguhnya sangat kompleks. Ilmu tidak bermaksud "memotret" atau "mereproduksi" suatu kejadian tertentu dan mengabstaraksikannya kedalam bahasa keilmuan. Ilmu bertujuan untuk mengerti mengapa hal itu terjadi, dengan membatasi diri pada hal-hal yang asasi. Atau dengan perkataan lain, proses keilmuan bertujuan untuk memeras hakikat empiris tertentu, menjangkau lebih jauh dibalik kenyatan-kenyataan yang diamatinya yaitu kemungkinan-kemungkinan yang dapat diperkirakan melalui kenyataan-kenyataan iru. Disinilah manusia melakukan transendensi terhadap realitas.
Untuk mendapatkan pengetahuan ini ilmu membuat beberapa andaian [asumsi] mengenai obyek-obyek empiris. Asumsi ini perlu, sebab pernyataan asumstif inilah yang memberi arah dan landasan bagi kegiatan penelaahan kita.
ASUMSI EMPIRIS :
Ilmu memiliki tiga asumsi mengenai obyek empirisnya :
1. Asumsi pertama : Asumsi ini menganggap bahwa obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain misalnya dalam hal bentuk struktur, sifat dsb. Klasifikasi [taksonomi] merupakan pendekatan keilmuan pertama terhadap obyek.
2. Asumsi kedua: asumsi ini menganggap bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu (tidak absolut tapi relatif ). Kegiatan keilmuan bertujuan mempelajari tingkah laku suatu obyek dalam keadaan tertentu. Ilmu hanya menuntut adanya kelestarian yang relatif, artinya sifat-sifat pokok dari suatu benda tidak berubah dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian memungkinkan kita untuk melakukan pendekatan keilmuan terhadap obyek yang sedang diselidiki.
3. Asumsi ketiga : Asumsi ini menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan. Tiap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dengan urutan/sekuensial kejadian yang sama. Misalnya langit ,mendung maka turunlah hujan. Hubungan sebab akibat dalam ilmu tidak bersifat mutlak. Ilmu hanya mengemukakan bahwa "X" mempunyai kemungkinan[peluang] yang besar mengakibatkan terjadinya "Y". Determinisme dalam pengertian ilmu mempunyai konotasi yang bersifat peluang [probabilistik]. Statistika adalah teori peluang.
EPISTEMOLOGI
Epistemologi mempermasalahkan kemungkinan mendasar mengenai pengetahuan [very possibility of knowledge].
Pada perkembangannya epistemology menampakkan jarak yang asasi antara rasionalisme dan empirisme, walaupun sebenarnya terdapat kecenderungan beriringan.
Landasan epistemology tercermin secara operasional dalam metode ilmiah . Pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuan berdasarkan :
1. kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun;
2. menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka tersebut dan melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud dengan menguji kebenaran pernyataan secara factual.
Metode ilmiah dikenal dengan :
Logico-hypothetico-verificative atau deducto--hypothetico-verificative
Suatu pertanyaan:
1. Bagaiman proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu ?
2. Bagaimana prosedurnya ?
3. Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar ?
4. Apa yang disebut kebenaran itu sendiri ?
5. Apakah kriterianya ?
6. Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu ?
Inilah Kajian epistemology
DASAR EPISTEMOLOGI ILMU
Epistemologi atau teori pengetahuan, membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha kita memperoleh pengetahuan.
Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Ilmu lebih bersifat kegiatan dinamis tidak statis. Setiap kegiatan dalam mencari pengetahuan tentang apapun selama hal itu terbatas pada obyek empiris dan pengetahuan tersebut diperoleh dengan mempergunakan metode keilmuan, adalah sah disebut keilmuan.
Hakikat keilmuan tidak berhubungan dengan "titel" atau "gelar akademik", profesi atau kedudukan, hakikat keilmuan ditentukan oleh cara berpikir yang dilakukan menurut persyaratan keilmuan.
AKSIOLOGI
Permasalahan aksiologi meliputi [1] sifat nilai, [2] tipe nilai, [3] criteria nilai, [4] status metafisika nilai.
Pada adasarnya ilmu harus digunakan untuk kemaslahatan umat manusia. Ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf hidup manusia dengan menitik beratkan pada kodrat dan martabat.
Untuk kepentingan manusia maka pengetahuan ilmiah yang diperoleh disusun dipergunakan secara komunal dan universal.
Suatu pertanyaan:
1. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan ? bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah moral ?
2. Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
3. Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional?
METODE KEILMUAN
Gabungan antara pendekatan rasional dan cara empiris dinamakan metode keilmuan. Rasionalisme memberikan kerangka pemikiran yang koheren dan logis. Sedangkan empirisme kerangka pengujian dalam memastikan suatu kebenaran.
Salah satu aspek metode keilmuan adalah menyusun konsep penjelasan atau berpikir secara teoritis. Pemikiran teoritis ini bersifat deduktif dan pada dasarnya suatu proses berpikir logis dan sistematis, maka disinilah logika memegang peranan yang penting. Kita melihat kegunaan logika dan matematika dalam proses berpikir deduktif untuk menurunkan ramalan atau hipotesis kemudian mengujinya Secara empiris dengan pertolongan metode keilmuan yakni penelitian dikembangkan diatas asas-asas statistika, agar kesimpulan yang ditarik dapat dipertanggung jawabkan secara keimluan.
Dunia rasional adalah koheren, logis dan sistematis, dengan logika deduktif sebagai sendi pengikatnya (abstraksi), Dipihak lain terdapat dunia empiris yang obyektif dan berorientasi kepada fakta sebagaimana adanya.
Simpulan umum yang ditarik dari dunia empiris secara induktif merupakan batu ujian kenyataan dalam menerima atau menolak suatu kebenaran. Ia merupakan wasit dalam "gimnastik" berpikir itu [ilmu dimulai dengan fakta dan diakhir dengan fakta apapun teori yang disusun diantara mereka] ---Albert einstein.
Kebenaran ilmu bukan saja merupakan kesimpulan rasional yang koheren dan logis dengan sistem pengetahuan yang berlaku, tetapi juga harus sesuai dengan kenyataan yang ada.
Tesis pokok bahwa metode keilmuan pada hakikatnya merupakan hasil perkembangan dari metode rasionalisme dan empirisme.
FILSAFAT, ILMU, DAN FILSAFAT ILMU
FILSAFAT, ILMU, DAN FILSAFAT ILMU
[Sebuah terminologi]
Filsafat dan Ilmu Filsafat Ilmu Sistematika Filsafat iImu
Istilah filsafat atau falsafah memiliki banyak arti. Menurut Socrates, filsafat merupakan cara berpikir secara radikal dan menyeluruh [holistic] atau cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.
Filsafat dalam peranya tidak bertugas menjawab pertanyaan yang muncul dalam kehidupan, namun justru mempersoalkan jawaban yang diberikan. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa berfilsafat adalah berpikir radikal (hingga sampai ke-akarnya], menyeluruh dan mendasar.
Wiil Durant adalah seorang-orang yang menggambarkan filsafat sebagai pasukan marinir yang sedang merebut sebuah pantai. Setelah pantai berhasil dikuasai, pasukan infanteri dipersilahkan mendarat. Pasukan infanteri adalah merupakan, “pengetahuan “ yang diantaranya “ilmu”.
Dari realita itulah nampak bahwa ilmu berasal dari filsafat, perkembagan ilmu senantiasa dirintis oleh filsafat. Oleh karena itu untuk memahami ilmu terlebih dahulu harus memahami filsafat.
Filsafat mendorong orang untuk mengetahui apa yang sudah diketahui dan apa yang belum diketahui.
Dinyatakan pula oleh Wiil Durant bahwa filsafat pada awalnya memiliki dua cabang, yakni :
•
filsafat alami [natural philosophy]
•
filsafat moral [moral philosophy]
Filsafat alami berkembang menjadi ilmu-ilmu alam sedangkan filsafat moral berkembang menjadi ilmu-ilmu sosial.
Hal-hal yang menjadi kajian filsafat adalah :
1. Logika
Logika adalah kajian yang mencari mana yang benar dan yang salah
2. Etika
Etika adalah kajian yang mencari mana yang baik dan yang tidak baik
3. Estetika
Estetika adalah kajian untuk menentukan mana yang indah dan mana yang tidak indah
4. Metafisika
Metafisika adalah kajian yang termasuk ke dalam teori tentang ada atau tentang tidak ada, hakikat keberadaan suatu zat, hakikat pikiran, dan kaitan antara pikiran dan zat.
5. Politik
Politik adalah kajian mengenai organisasi pemerintahan yang ideal.
Simpulan singkat yang kita peroleh adalah :
• Filsafat bersifat menyeluruh, mendasar dan spekulatif, sedangkan cakupan filsafat hanyalah hal-hal yang bersifat umum.
• Ilmu memiliki cakupan yang lebih sempit dari filsafat, namun memiliki kedalam dan lebih tuntas. Ilmu mengalami perkembangan, yakni perkembangan tahapan awal dan tahapan akhir. Pada tahapan awal ilmu masih menggunakan norma filsafat sebagai dasarnya dan metode yang digunakan adalah metode normatif dan deduktif. Tahapan berikutnya ilmu menggunakan temuan-temuan sebagai dasarnya dan menyatakan dirinya sebagai sesuatu yang otonom/lepas dari filsafat, dengan menggunakan metode deduktif dan induktif.
FILSAFAT ILMU
Yang dimaksud dengan filsafat ilmu adalah studi sistematik mengenai sifat hakikat ilmu, khususnya yang berkenaan dengan metodenya dan kedudukannya di dalam skema umum disiplin ilmu.
Untuk mendapatkan gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu dapatlah dicermati rangkuman ranah telaah yang tercakup dalam filsafat ilmu, seperti berikut :
• Filsafat ilmu adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu, terhadap symbol-symbol yang digunakan, dan terhadap struktur penalaran tentang system symbol yang digunakan. Telaah kritis diarahkan untuk mengkaji ilmu empirik dan juga ilmu rasional, juga untuk membahas studi-studi bidang etika dan estetika, studi sejarah, antropologi, geologi dll.
• Metode yang diangkat biasanya dinyatakan dengan istilah induktif, deduktif, hipotesis, data, penemuan dan verifikasi. Selanjutnya secara mendalam dinyatakan dengan istilah ekperimentasi, pengukuran, klasifikasi, dan idealisasi.
• Filsafat ilmu adalah suatu upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep dan upaya membuka tabir dasar-dasar empiris (ke-empirisan) dan dasar-dasar rasional (ke-rasionalan). Aspek filsafat sangat erat hubungannya dengan hal ihwal yang logis dan etimologis. Sehingga peran yang dilakukan adalah ganda. Pada sisi pertama filsafat ilmu mencakup analisis kritis terhadap “anggapan dasar”, seperti waktu, ruang, jumlah /kuantitas, mutu/kualitas dan hukum. Sisi lain filsafat ilmu menelaah keyakinan menganai penalaran proses-proses alami.
• Filsafat ilmu merupakan studi gabungan yang terdiri dari beberapa kajian, yang diajukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu. Juga berperan untuk menganalisis hubungan atau antar hubungan yang ada pada kajian satu terhadap kajian yang lain.
BEBERAPA TERMINOLOGI FILSAFAT ILMU:
1. Menurut Robert Ackermann :
Sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini yang membandingkan dengan pendapat terdahulu yang telah dibuktikan
2. Lewis White Beck:Mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah, serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan
3. Cornelius Benyamin
Cabang pengetahuan filsafati yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya, praanggapan-praanggapannya , serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang intelektual
4. May Brobeck :
Sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukiasan , dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
TUJUAN FILSAFAT ILMU
• Sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah
• Usaha merefleksi , menguji, menkritik asumsi dan metode keilmuan
• Memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Karena setiap metode ilmiah keilmuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan rasional.
MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN:
1. Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai ontologis. Melalui paradigma ontologism diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan spiritual keilmuan yang mampu mengatasi bahaya sekularisme ilmu pengetahuan.
2. Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan pertindustrian dalam batasan nilai epistemologis. Melalaui paradigma epistemologis diharapkan akan mendorong pertumbuhan wawasan intelektual keilmuan yang mampu membentuk sikap ilmiah
3. Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan perindustrian dalam batasan axiology. Melalui paradigma axiologis diharapkan dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai etis, serta mendorong perilaku adil dan membentuk moral tanggung jawab. Ilmu pengetahuan dan teknologi dipertanggung jawabkan bukan unntuk kepentungan manusia, namun juga untuk kepentingan obyek alam sebagai sumber kehidupan
4. Menyadarkan seorang-orang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara gading”, yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengkaitkan dengan kenyataan yang ada di luar dirinya. Kenyataan sesungguhnya bahwa setiap aktivitas keilmuan nyaris tidak dapat dilepaskan dari konteks kehidupan sosial kemasyarakatan
CATATAN PERIHAL ILMU PENGETAHUAN
1. Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah tersebut tidak lagi merupakan misteri. Penjelasan ini akan memungkinkan kita untuk meramalkan apa yang akan terjadi
2. Ilmu dankebenaran ibarat dua sisi dari sekeping mata uang [two sides of some coin]. Dengan kata lain, “ if one were to speak about truth or reality one has to investigate how to know what reality is”
3. Netralitas ilmu: Ilmu itu sendiri bersifat netral tidak mengenal baik atau buruk, dan si pemilik pengetahuan itulah yang mempunyai sikap.
4. Ilmu pengetahuan pada dasarnya lahir dan berkembang sebagai konsekuensi dari usaha-usaha manusia baik untuk memahami realitas kehidupan dan alam semesta maupun untuk menyelesaikan permasalahan hidup yang dihadapi, serta mengembangkan dan melestarikan hasil-hasil yang dicapai manusia sebelumnya.
5. Dikatakan oleh Einstein, “bahwa ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta apapun juga teori yang disusun diantara mereka”
APAKAH FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU ?
B. Arief Sidharta membuat manfaat dalam kehidupannya, serta mengisi keunikan diri dengan aktivitas yang jarang dilakukan orang lain pada umumnya. Selalu dalam kehidupnya dijalani dengan penuh pemikiran yang reflektif, sebagai bukti ketika memperingati ulang tahunnya yang ke 70, tetap membuat pancaran yang bermanfaat kepada sesamanya. Ulang tahunnya ditandai dengan meluncurnya sebuah buku filsafat.
Buku yang dinganu dari kempulan tulisan ini berkutak dengan masalah filsafat, dari empat tulisan, terdapat tiga tulisan yang mengkhususkan pada filsafat ilmu. Tiga tulisan itu ialah:
1. Apakah filsafat ilmu itu?
2. Filsafat Ilmu
3. Konsep Ilmu
Apakah filsafat ilmu itu ?
Filsafat ilmu dikupas dengan tahapan rincian sebagai berikut:
• Tujuan Ilmu [The goal of science]
• Penjelasan ilmiah [Scientific exolanation]
• Teori dan hukum ilmiah [ Scientific theories and law]
• Teori observasi [Theory and observasion]
• Penilaian dan demarkasi [Assessment and demarcation]
• Kesatuan ilmu [The unity of Science]
FILSAFAT ILMU
• Apakah ilmu itu?
• Metode ilmu
• Sikaplmiah
• Klasifikasi ilmu pengetahuan
• Masalah bebas nilai dan ilmu
• Pertanggungjawaban ilmu dan etika
KONSEP ILMU:
• Konsep ilmu dalam filsafat ilmu dewasa ini
• Konstruksi ilmu
• Jenis-jenis ilmu
• Kedudukan ilmu hukum.
Data Buku
JUDUL : Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu
PENULIS : B.Arief Sidharta [Editor]
PENERBIT: Pustaka Sutra.
ISBN-13: 978-979-16086-4-0
CETAKAN: I- April 2008
TEBAL: 114 hlm.
SADAPAN RINGKAS:
[halaman 80]
Bebera ciri pokok yang terdapat dari pengertian ilmu yakni:
1. Ilmu itu bersifat rasional, artinya proses pemikiran yang berlangsung dalam ilmu itu harus dan hanya tunduk pada hukum-hukum logika
2. Ilmu itu bersifat empirikal, artinya kesimpulan-kesimpulan yang ditariknya dapat ditundukkan pada pemeriksaan atau verivikasi pencaindera manusia. Dalam hubungan ini perlu dikemukakan, bahwa ilmu harus menerima prasuposisi-prasuposisi atau kebenaran-kebenaran tertentu, sebagai titik tolak atau dasar, yang dapat atau tidak perlu diverifikasikan oleh pancaindera manusia. Prasuposisi-prasuposisi ini diperoleh dari filsafat, misalnya kaidah-kaidah hukum logika dan hukum kausalitas
3. Ilmu bersifat sistematikal, yakni cara kerjanya runtut berdasarkan patokan tertentu [metodikal] yang secara rasional dapat dipertanggungjawabkan, dan hasilnya berupa fakta-fakta yang relevan dalam bidang yang ditelaahnya harus disusun dalam suatu kebulatan yang konsisten
4. Ilmu bersifat umum dan terbuka, artinya harus dapat dipelajari oleh tiap orang; jadi tidak bersifat esoterik [terbatas hanya bagi sekolompok orang tertentu]
5. Ilmu bersifat akumulatif, yakni kebenaran diperoleh selalu dapat dijadikan dasar untuk memperoleh kebenaran baru.
Tiga perangkat Kriteria:
[Halaman 105]
Menurut Harold Berman, keberadaan ilmu harus memenuhi tiga perangkat kreteria, antara lain yakni:
1. Kriteria Metodologikal
2. Kriteria Nilai
3. Kriteria Sosiologikal
Kriteria Metodologika:
Dalam peritilah metodologi, ilmu dalam arti modern dapat didefiniskan sebagai berikut:
• seperangkat pengethuan yang terintegrasi
• yang di dalamnya kejadian-kejadian atau gejala khusu secara sistematis dijelaskan
• dalam peristilahan asas-asas dan kebenaran umum
• pengetahuan tentang gejala, asas dan kebenaran umum [hukum] itu diproleh sebagai kombinasi:
• Hipotesis-verifiksi
• sejauh dimunkinkan : eksperimen
• metode ilmiah penelitian dan sistematisasi, emskipun memiliki ciri-ciri umum yang sama, anmun tidak sama untuk semua ilmu, melainkan harus disesuaikan pada jenis-jenis khas kejadian atau gejala yang menjadi pokok telaah ilmu yang bersangkutan
KRITERIA NILAI:
Ilmu dalam kegaitannya harus mengacu primis-primis nilai :
• obyektivitas ilmiah
• bebas pamrih [disinterestedness]
• skeptisisme terorganisasi
• toleransi terhadap kekeliruan
• keterbukaan terhadap kebenaran ilmiah baru
KRITERIA SOSIOLOGIKAL:
• Pembentukan komunitas ilmuwan, dalam rangka tanggung jawab kolektif berkenaan dengan pelaksanaan penelitian, pelatihan/pendidikan anggota baru, berbagi pengetahuan ilmiah [publikasi], dan otensitas pencapaian ilmiah di dalam dan di luar disiplin
• Penautan berbagai disiplin ilmiah dalam komuniats penstudi
• Status sosial yang menyandang hak istimewa komuniats para ilmuawan, misalnya kebebasab pengajaran dan penelitian, dan tanggung njawab memberikan pelayanan demi ilmu itu sendiri, metodenya, nilai-nilai dan fungsi sosialnya
Teori hubungan manusiawi (neo klasik) atau pasca klasik Dan Teori manajemen modern (ilmu pengetahuan)
Written by ESSY ADINDA R on October 16, 2009 – 8:25 pm
Teori hubungan manusiawi (neo klasik) atau pasca klasik
Aliran teori ini timbul karena pendekatan klasik tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi dalam produksi keselarasan kerja.
Tokoh tokoh dalam teori ini:
1. hugo Munsterberg (1863 – 1916)
hugo dikenal sebagai bapak psikologi industri. Dalam bukunya ‘phsicology and industrial efficiency’ menguraikan bahwa untuk mencapai tujuan produktivitas harus melakukan tiga cara yaitu:
1. penemuan best possible person
2. penemuan best possible work
3. penggunaan best possible effect
2. Elton Mayo (1880 – 1949)
Terkenal dengan percobaan-percobaan Howthorne, dimana hubungan manusiawi menggambarkan manajer bertemu atau berinteraksi dengan bawahan. Bila moral atau efisiensi kerja memburuk maka hubungan manusiawi dalam organisasi juga akan buruk.
Teori manajemen modern (ilmu pengetahuan)
Teori ini dibagi menjadi dua yaitu perilaku organisasi dan manajemen ilmiah atau manajemen operasi (aliran kuantitatif)
1. teori perilaku organisasi
teori ini ditandai dengan pandangan dan pendapat baru mengenai perilaku manusia dan system. Tokoh aliran teori ini:
1. Douglas McGregor, terkenal dengan Teori X dan Teori Y
2. Frederick Herzberg, terkenal dengan Teori Motivasi Higenis atau Teori Dua Factor
3. Chris Argiris, mengatakan bahwa organisasi sebagai system social atau system antar hubungan budaya
4. Edgar Schein, dinamika kelompok dalam organisasi
5. Abraham Maslow, mengemukakan tentang hirarki kebutuhan, perilaku manusia, dan dinamika proses.
6. Robert Blak dan Jane Mouton, mengemukakan lima gaya kepemimpinan dengan kisi-kisi manajerial (managerial grid)
7. Rensislikert, mengemukakan empat system manajemen dari system explotatif otoritatif sampai system partisipatif kelompok.
8. Fred Feidler, menerapkan pendekatan kontigensi pada studi kepemimpinan.
Apakah anda tau persisnya teori darwin itu seperti apa, jadi sebelum membenarkan atau menyalahkan mendingan baca dulu deh teorinya seperti apa :
1. Spesies pada dasarnya memiliki fertilitas yang sangat tinggi. Jumlah keturunan yang dilahirkan lebih banyak dari keturunan yang bisa mencapai usia dewasa.
2. Populasi kira-kira tetap berjumlah sama, dengan sedikit perubahan.
3. Sumber makanan adalah terbatas, tetapi relatif stabil dalam jangka waktu lama.
4. Oleh karena itu terjadi perjuangan secara implisit untuk bertahan hidup.
5. Pada spesies yang melakukan reproduksi secara seksual, biasanya tidak ada dua individu yang identik.
6. Beberapa variasi dalam spesies secara langsung mempengaruhi kemampuan individu untuk bertahan dalam kondisi alam tertentu.
7. Sebagian besar dari variasi ini bersifat turunan.
8. Individu yang kurang sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya memiliki kemungkinan bertahan hidup yang yang lebih kecil dan kemungkinan akan lebih banyak melakukan reproduksi.
9. Individu yang selamat kemungkinan besar akan menurunkan ciri-ciri yang dimilikinya kepada generasi berikutnya.
10. Proses yang menyebabkan perubahan ini menghasilkan populasi yang perlahan-lahan bisa beradaptasi dengan lingkungan, dan pada akhirnya, setelah berlangsung secara terus-menerus akan terbentuk keragaman yang baru, dan akhirnya spesies baru.
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN FILSAFAT DAN ILMU
CUPLIK BUKU:
[buku ini memiliki kekuatan ketika menjelaskan perbedaan dan persamaan antara filsafat dan ilmu]
Detil Buku:
JUDUL : Filsafat Ilmu
PENULIS : Dr. Amsal Baktiar, MA
PENERBIT: PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Jl. Pelepah hijau IV TN. I No. 14-15 Kelapa Gading Permai. Jakarta 14240. Telp. 4520051. E-mail: rajapers@indo.net.id
http://www.rajawalipers.com/
ISBN: 979-421-993-2
CETAKAN: Maret 2004
HALAMAN: 240 hlm; 12 cm
CIRI UTAMA ILMU:
• Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan kepada yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi
• Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek [atau alam obyek] yang sama dan saling berkaitan secara logis. Karena itu, koherensi sistematik adalajh hakikat ilmu. Prinsip-prinsip obyek dan hubungan-hubungannya yang tercermin dalam kaitan-kaiatan logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip metafisis obyek menyingkapkan dirinya sendiri kepada kita dalam prosedur ilmu secara lamban, didasarkan pada sifat khusus intelek kita yang tidak dapat dicarikan oleh visi ruhani terhadap realitas tetapi oleh berpikir
• Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapan
• Ciri hakiki lainnya dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan ide yang terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu menuntut pengamatan dan berpikir metodis, tertata rapi. Alat Bantu metodologis yang penting adalah terminology ilmiah. Yang disebut belakangan ini mencoba konsep-konsep ilmu.
DIFINISI ILMU MENURUT PARA AHLI
• Mohammad Hatta, mendifinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kdudukannya tampak dari luar, amupun menurut hubungannya dari dalam
• Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak
• Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah sederhana
• Ashely Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disususn dalam satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
• Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran, menerangkan bahwa ilmu adalah:
Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan
-------Suatu pendekatan atau mmetode pendekatan terhadap seluruh dunia empirisyaitu dunia yang terikat oleh factor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia
-------Suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…”
• Afanasyef, seorang pemikir Marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum, yang ketetapnnya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN FILSAFAT DAN ILMU
PERSAMAAN:
• Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya
• Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya
• Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan
• Keduanya mempunyai metode dan sistem
• Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia [obyektivitas], akan pengetahuan yang lebih mendasar.
PERBEDAAN:
• Obyek material [lapangan] filsafat itu bersifat universal [umum], yaitu segala sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifatv teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita
• Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya
• Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu
• Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar [primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder [secondary cause]
Rating: 0.0/10 (0 votes cast)
Rating: +1 (from 1 vote)
Posted in Cerpen | No Comments »
Cerpen lucu
Written by MOHAMMAD ZAENURI on October 28, 2009 – 1:21 pm
Terkikisnya Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Pengantar Berkomunikasi
Written by SUCI PRATIWI on October 28, 2009 – 8:21 pm
81 tahun silam Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia [PPPI] menyelenggarakan kongres pemuda yang ke 2. Sehingga menghasilkan sumpah pemuda yang berisi :
Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Pagi tadi, sebelum berangkat kuliah saya mendengar siaran radio. Agak tercengang waktu penyiarnya membahas tentang penggunaan bahasa Indonesia dikalangan masyarakat belakangan ini.
Sepertinya kita sudah tidak asing dengan para orang tua yang bangga bila anaknya disekolahkan
di sekolah-sekolah Billingual [Dua Bahasa] atau international schools , memang sekolah-sekolah seperti itu mempunyai kualitas lebih baik. Namun yang saya perhatikan, banyak dari mereka yang lebih menyukai memakai bahasa asing dalam berkomunikasi sehari-hari. Terutama di lingkungn sekolah.
Sering saya lihat anak-anak berhidung pesek, kulit sawo matang, rambut hitam [terlihat Indonesia sekali] namun mereka ’sok bule’, merengek minta mainan dengan bahasa Inggris.
Tulisan ini bukan bermaksud menyudutkan pihak manapun. Contoh diatas hanya sebagian kecil dari pemandangan-pemandangan miris tentang lunturnya fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar berkomunikasi. Namun tidakkah lebih baik kita menjaga warisan leluhur. Jika dari kecil sudah tidak mengenal bahasa Indonesia dengan baik, apa jadinya sumpah pemuda 20tahun mendatang.
Mungkin sumpah setia pada point ke 3 akan terhapus, karena bibit-bibit penerus bangsa tak pernah dikenalkan apa itu Bahasa Indonesia.
Mungkin saja persatuan bangsa ini akan luntur karena kecintaan akan budaya Indonesia terkikis jaman tergantikan budaya asing.
arti-pentingnya-metode-dan-organisasi
Written by AGUSTIEN WILUJENG on October 27, 2009 – 12:21 pm
Istilah organisasi dapat diartikan :
Wadah : sekelompok manusia untuk saling bekerjasama
Proses : pengelompokan manusia dalam suatu kerja sama yang efisien
Pengertian organisasi :
Organisasi menurut Stoner
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
Organisasi menurut James D. Mooney
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi Menurut Chester I. Bernard
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Istilah metode :
Berarti suatu tata kerja yang dapat mencapai tujuan secara efisien.
Pengertian organisasi dan metode secara lengkap adalah :
Rangkaian proses kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kegunaan segala sumber dan faktor yang menentukan bagi berhasilnya proses manajemen terutama dengan memperhatikan fungsi dan dinamika organisasi atau birokrasi dalam rangka mencapai tujuan yang sah ditetapkan.
Teori Organisasi
1. Teori Organisasi Klasik (Teori Tradisional)
Teori klasik (classical theory) berisi konsep-konsep tentang organisasi mulai tahun 1800 (abad 19). Secara umum digambarkan oelh para teoritisi klasik sebagai sangat desentralisasi dan tugas-tugasnya terspesialisasi, serta memberikan petunjuk mekanistik structural yang kaku tidak mengandung kreativitas.
a. Teori Birokrasi
Teori ini dikemukakan oleh Max Weber dalam bukunya “The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism. Kata birokrasi mula-mula berasal dari kata legal-rasional. Organisasi itu legal, karena wewenangnya berasal dari seperangkat aturan prosedur dan peranan yang dirumuskan secara jelas, dan organisasi disebut rasional dalam hal penetapan tujuan dan perancangan organisasi untuk mencapai tujuan tersebut.
b. Teori Administrasi
Teori ini sebagian besar dikembangkan atas dasar sumbangan Henri Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa serta Mooney dan Reily dari Amerika.
Henry Fayol industrialis dari Perancis, pada tahun 1841-1925 mengemukakan dan membahas 14 kaidah manajemen yang menjadi dasar perkembangan teori administrasi adalah :
- Pembagian kerja (division of work)
- Wewenang dan tanggung jawab (authorityand responsibility)
- Disiplin (discipline)
- Kesatuan perintah (unity of command)
- Kesatuan pengarahan (unity of direction)
- Mendahulukan kepentingan umum daraipada pribadi
- Balas jasa (remuneration of personnel)
- Sentralisasi (centralization)
- Rantai scalar (scalar chain)
- Aturan (oreder)
- Keadilan (equity)
- Kelanggengan personalia (stability of tenure of personnel)
- Inisiatif (initiative)
- Semangat korps (spirit de corps)
Macam Organisasi dari Segi Tujuan dan Luas Wilayahnya
1. Organisasi Niaga
Organisasi yang tujuan utamanya mencari keuntungan:
Macam-macamnya yaitu :
Perseroan Terbatas (PT)
Perseroan Komanditer (CV)
Firma (FA)
Koperasi
Join ventura
Holding Company
2. Organisasi sosial dan organisasi kemasyarakatan.
Organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat.
Jalur pembentukannya :
Jalur Keagamaan
Jalur Profesi
Jalur Kepemudaan
Jalur Kemahasiswaan
Jalur Kepartaian & Kekaryaan
Organisasi Regional dan internasional.
Organisasi regional adalah organisasi yang luas wilayahnya meliputi beberapa negara tertentu saja.
Organisasi internasional adalah organisasi yang anggota-anggotanya meliputi negara di dunia.
BENTUK ORGANISASI
1. Organisasi Garis
Bentuk organisasi tertua dan paling sederhana. Ciri-ciri bentuk organisasi ini adalah organisasinya masih kecil, jumlah karyawannya sedikit dan saling mengenal serta spesialisasi kerja belum tinggi.
2. Organisasi Garis dan staf
Dianut oleh organisasi besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang tugas yang beraneka ragam serta rumit dan jumlah karyawannya banyak. Staf yaitu orang yang ahli dalam bidang tertentu, tugasnya memberi nasihat dan saran dalam bidang kepada pejabat pimpinan di dalam organisasi.
Organisasi fungsional
Organisasi yang disusun atasdasar yang harus dilaksanakan organisasi ini dipakai pada perusahaan yang pembagian tugasnya dapat dibedakan dengan jelas.
Organisasi Panitia
Organisasi dibentuk hanya untuk sementara waktu saja, setelah tugas selesai maka selesailah organisasi tersebut.
Organisasi Lini dan Staf
Staf tugasnya memberi layanan dan nasihat kepada manager dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Tugas yang dilakukan oleh ini merupakan tugas-tugas pokok dari suatu organisasi atau perusahaan
Pengertian Sinopsis
Written by AGUSTINA DEWI CAHYOWATI on October 25, 2009 – 9:13 pm
Sinopsis adalah ringkasan cerita cerpen. Ringkasan cerpen adalah bentuk pemendekan dari sebuah cerpen dengan tetap memperhatikan unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut. membuat Sinopsis merupakan suatu cara yang efektif untuk menyajikan cerita yang panjang dalam bentuk yang singkat.
Dalam sinopsis, keindahan gaya bahasa, ilustrasi, dan penjelasan-penjelasan dihilangkan, tetapi tetap mempertahankan isi dan gagasan umum pegarangnya.
Sinopsis biasanya dibatasi oleh jumlah halaman, misalnya dua atau tiga halaman, seperlima atau sepersepuluh dari panjang karangan asli.
Unsur-unsur dalam cerpen :
1. Tema
Yaitu gagasan inti. Dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan pondasi sebuah bangunan.
2. Alur atau Plot
Yaitu rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek tertentu.
3. Penokohan
Yaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita.
4. Latar atau Setting
yaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita.
5. Sudut Pandangan Tokoh
Diantara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun cerita pendek adalah sudah pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang.
Diposkan oleh Agustina Dewi C di 05:33 0 komentar
Sinopsis Cerpen “Karena Cinta”
Karena C i n t a
Oleh : Ayu Sandra
Cerpen “Karena Cinta” Mengisahkan tentang hubungan dua insan yang di nodai, karena pengkhianatan seorang laki-laki terhadap pasangannya. Tapi karena cinta sejati mereka dapat bersatu kembali.
Berawal dari sebuah petegkaran. “Dee, aku ingin kita putus”. “Apa…?? apa yang kau katakan Dre?? Pertunangan yang sudah 6 tahun kita jalani ingin kau sudahi begitu saja. Aku tida bisa”.
“Apa aku melakukan kesalahan sayang?” Dee berusaha untuk menenangkan diri.
“Please Dee, aku tidak bisa meneruskan hubungan kita”., Andre tetap ingin menyudahi hubungan mereka.
“Aku tidak mau menyakitimu dengan terus membohongimu. Aku sudah mengkhianatimu. Aku berhubungan dengan wanita yang bernama Shakira, rekan kerjaku di Kantor. Maafkan aku, tapi aku sudah terlanjur mencitainya. Aku ingin kita berpisah”.
“Baiklah bila itu adalah pilihanmu, aku akan pergi”, dengan hati yang hancur Dee beranjak pergi dari Andre dengan airmata yang berlinang deras.
***
Beberapa hari kemudian, Dee mengutarakan keinginannya untuk pergi ke Canada. “Ma aku ingin melanjutkan S2 ku di Canada”.
“Apa kau serius Dee?? Ujar mama Dee. Apa karena Andre??”. Jangan kau lakukan bila itu terpaksa.
“Aku harus pergi ma, aku mohon. Aku ingin melupakan semuanya tenang aku dan Andre”.
Akhirnya Mama mengizinkan Dee untuk pergi ke Canada.
“Terimakasih ma, ucap Dee kepada mama”.
***
Tiga tahun kemudian. Dee kembali ke Jakarta setelah menyelesaikan pendidikannya di Canada.
Dengan haru Dee merasakan perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu dan rumahnya. Kini ibunya sudah memiliki mobil dan sudah bisa menyetir sendiri. Kucing-kucing yang dia pelihara hilang semua karena Dee pergi.
“Dee kau mendapat undangan melihat pameran lukisan dari temanmu”, ujar mama sambil menyerahkan undangan kepada Dee. Tanpa tahu dari siapa undangan itu Dee menerimanya dengan senang hati karena Dee sudah rindu dengan lukisan indah.
***
Ketika Dee sedang asyik memandang lukisan, terdengar langkah seseorang menghampirinya. Dee menengok kearah orang itu dan menyapa orang itu.
Laki-laki menyapa, “Terimakasi telah datang ke pameran pertamaku”.
“Apa kita saling kenal?? Ucap Dee. Tapi terimakasih karena kamu telah mengundangku kesini”.
“Kau sudah tidak mengealku lagi Dee”.
“Kau siapa??”.
“Aku Anrde, Dee. Masih ingatkah kau padaku??”
“Benarkah kau Andre??” Dee bertanya dalam hati. Andre yang dulu tampan berubah menjadi seperti ini.
“Iya aku Andre, karena sebuah kecalakaan wajahku jadi seperti ini. Aku kehilangan pekerjaan, uang, rumah, harta dan Shakira meninggalkanku Dee. Setelah kejadian itu aku sadar aku telah menyakitimu. Aku terus mencarimu kemana-mana. Aku tanya mamamu taidia tidak mau memberi tahuku. Tapi setelah aku berbicara pada mamamu, beliau memeberitahuku dimana keberadaamu. Maafkan aku Dee. Aku masih mencintaimu dan aku ingin kembali padamu. Berikanlah aku kesempatan”.“Aku janji takkan pernah melukaimu lagi. Aku mencintaimu, Dee. Aku akan mengoperasi kembali wajahku dan menjadi Andremu yang dulu.” Butiran airmata Andre turun perlahan.
“Dre, Aku mencintaimu, dulu, hari ini, dan masa nanti. Tak peduli seperti apa kamu sekarang.” Dee memeluk Andre. Ya, Dre, karena cintalah aku memberi maaf sebelum kamu meminta maaf, karena cinta aku memberi kesempatan sebelum kamu meminta kesempatan itu, dan karena cinta aku menerimamu apa adanya. Desah Dee dalam bahagia.
Unsur-unsur Instrinsik Cerpen “Karena Cinta” :
1 Tema : Cerpen ini bertema tetang cinta.
2. Alur : Maju
3. Penokohan :
1. Andre : pengkhianat, tapi dia orang ag mau menyadai kesalahan dan
Mau memperbaiki kesalahannya.
2. Dee : orang yang sabar, tidak pendendam, dan setia.
3. Mama : sabar, baik, selalu mendukung apa yang anaknya lakukan.
4. Shakira : jahat, perebut pacar orang, pengkhianat, matre.
4. Latar :
- Tempat : Rumah, bandara, kantor,gedung.
- Suasana : Senang, sedih, bahagia.
5. Sudut Pandang : Cerpen ini menggunaka sudut pandang orang pertama.
Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
Written by ACHMAD MAULUDI SUJONO on October 28, 2009 – 7:02 pm
Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern.
Kerajaan Sriwijaya (dari abad ke-7 Masehi) memakai bahasa Melayu (sebagai bahasa Melayu Kuno) sebagai bahasa kenegaraan. Hal ini diketahui dari empat prasasti berusia berdekatan yang ditemukan di Sumatera bagian selatan peninggalan kerajaan itu. Pada saat itu bahasa Melayu yang digunakan bertaburan kata-kata pinjaman dari bahasa Sanskerta. Sebagai penguasa perdagangan di kepulauan ini (Nusantara), para pedagangnya membuat orang-orang yang berniaga terpaksa menggunakan bahasa Melayu, walaupun secara kurang sempurna. Hal ini melahirkan berbagai varian lokal dan temporal, yang secara umum dinamakan bahasa Melayu Pasar oleh para peneliti. Penemuan prasasti berbahasa Melayu Kuno di Jawa Tengah (berangka tahun abad ke-9) dan di dekat Bogor (Prasasti Bogor) dari abad ke-10 menunjukkan adanya penyebaran penggunaan bahasa ini di Pulau Jawa. Keping Tembaga Laguna yang ditemukan di dekat Manila, Pulau Luzon, berangka tahun 900 Masehi juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.
Kajian linguistik terhadap sejumlah teks menunjukkan bahwa paling sedikit terdapat dua dialek bahasa Melayu Kuno yang digunakan pada masa yang berdekatan. Sayang sekali, bahasa Melayu Kuno tidak meninggalkan catatan dalam bentuk kesusasteraan meskipun laporan-laporan dari Tiongkok menyatakan bahwa Sriwijaya memiliki perguruan agama Buddha yang bermutu.
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Bentuk bahasa ini lebih halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif Bahasa Melayu Pasar.[rujukan?]
Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda melihat bahwa bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi. Promosi bahasa Melayu dilakukan di sekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Pada periode ini mulai terbentuklah “bahasa Indonesia” yang secara perlahan terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.
Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.
Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di bukunya Malay Archipelago bahwa “penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di seluruh Hindia Belanda.”
Jan Huyghen van Linschoten di dalam bukunya Itinerario menuliskan bahwa “Malaka adalah tempat berkumpulnya nelayan dari berbagai negara. Mereka lalu membuat sebuah kota dan mengembangkan bahasa mereka sendiri, dengan mengambil kata-kata yang terbaik dari segala bahasa di sekitar mereka. Kota Malaka, karena posisinya yang menguntungkan, menjadi bandar yang utama di kawasan tenggara Asia, bahasanya yang disebut dengan Melayu menjadi bahasa yang paling sopan dan paling pas di antara bahasa-bahasa di Timur Jauh.”
Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901, Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen sedangkan pada tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.[6]
Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa : “Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.”[7]
Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia.
Rating: 0.0/10 (0 votes cast)
Rating: 0 (from 0 votes)
Posted in Indonesiaku, Pendidikan, Sastra | No Comments »
What do you think about grammar?
Written by coolz_man.utd_12 on October 26, 2009 – 8:28 pm
As usual, Most of the students don’t often understand about grammar usage as well because the grammar usage is very difficult to learn especially the english grammar. Sometimes, we often talk to another people but we can’t know it what the grammar usage is wrong or right. the subject of grammar should be taught for the students while the graduate of students junior high school and senior high school.
Grammar can be taught for the children.
The children should have been taught about grammar by the teachers which give to learn of the easy method in the school. in other hand, the parents has role to give the right of language for the children, so the children could develop on their idea about the structural of language within the grammar usage.
i have divided five functions of languages with regard to the grammar used by children:
1. the personal function is to express emotions, personality and reactions
2. the imaginative function serves to create on their ideas
3. they can use to make statement of the languages very well
4. they can know to learn about the environtment
5. the regulatory function of languages is the control of events.
so, Grammar is the set of logical and structural rules that govern the composition of sentences. In other hand, Grammar has role of the people that can govern of the structural of languages.
Pengantar
Apakah kebenaran itu, suatu pertanyaan yang sangat menukiki bila kita sedang mendebatkan masalah. Apakah itu masalah ekonomi hingga politik yang rumit.
Kebenaran acapkali diperdebatkan, namun makna sebenarnya acapkali ditinggal.
“Jika anak kecil digigit anjing maka yang benar anak tersebut harus berganti menggigit anjing”, apakah ini juga suatu kebenaran ??
TEORI KORESPONDENSI TENTANG KEBENARAN
Teori yang pertama ialah teori korespondensi [Correspondence Theory of Truth], yang kadang kala disebut The accordance Theory of Truth. Menurut teori ini dinyatakan bahwa, kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian [correspondence] antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh terjadi merupakan kenyataan atau faktanya.
a proposition (or meaning) is true if there is a fact to which it corresponds, if it expresses what is the case [Suatu proposisi atau pengertian adalah benar jika terdapat suatu fakta yang selaras dengan kenyataannya, atau jika ia menyatakan apa adanya].
"Truth is that which conforms to fact; which agrees with reality; which corresponds to the actual situation."[Kebenaran adalah yang bersesuaian dengan fakta, yang beralasan dengan realitas, yang serasi (corresponds) dengan situasi actual].
Truth is that which to fact or agrees with actual situation. Truth is the agreement between the statement of fact and actual fact, or between the judgment and the environmental situation of which the judgment claims to be an interpretation."[Kebenaran ialah suatu yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras dengan situasi aktual. Kebenaran ialah persesuaian (agreement) antara pernyataan (statement) mengenai fakta dengan fakta aktual; atau antara putusan (Judgment) dengan situasi seputar (Enviromental situation) yang diberinya intepretasi.
“if a judgment corresponds with the facts, it is the true; if not, it is false." [Jika suatu putusan sesuai dengan fakta, maka dapat dikatakan benar ; Jika tidak maka dapat dikatakan salah].
Teori korespondensi ini sering dianut oleh realisme/empirisme.
K. Rogers, adalah seorang orang penganut realisme kritis Amerika, yang berpendapat bahwa : keadaan benar ini terletak dalam kesesuaian antara "esensi atau arti yang kita berikan" dengan "esensi yang terdapat didalam obyeknya".
"Epistemological realism.The view that there is an independent reality apart from minds, and we do not change it when we come to experience or to know it; sometimes called objectivism" [Realisme epistemologis berpandangan, bahwa terdapat realitas yang independence (tidak tergantung), yang terlepas dari pemikiran; dan kita tidak dapat mengubahnya bila kita mengalaminya atau memahami. Itulah sebabnya realisme epitemologis kadangkala disebut obyektivisme].
Dengan perkataan lain: realisme epistemologis atau obyektivisme
berpegang kepada kemandirian sebuah kenyataan tidak tergantung pada yang di luarnya. Dalam perpustakaan Marxis dapat dibaca :
If our sensations, perception, notions, concepts and theories corresponds to objective reality, if reflect if faithfully, we say that they are true, while true statement, judgment or theories are called the truth. [Jika sensasi kita, persepsi kita, pemahaman kita, konsep dan teori kita bersesuaian dengan realitas obyektif, dan jika itu semua mencerminkannya dengan cermat, maka kita katakan itu semua benar: pernyataan, putusan dan teori yang benar kita sebut kebenaran].
"Dialectical materialism understands truth as that knowledge of an objective/ with correctly reflect this objectives, i.e. correspond to it"
[Materialisme dialektika memahamkan kebenaran sebagai pengetahuan tentang sesuatu obyek, yang mencerminkan obyek tersebut secara tepat, dengan perkataan lain, bersesuaian dengan obyek yang dimaksud]
"For example, the scientific propositions that "Bodies consists of atoms", that the " Earth prior to man", that "the people are makers of history", etc. are true
"
[misalnya pengertian ilmiah bahwa "tubuh terdiri dari atom-atom"' bahwa "Bumi lebih dahulu ada dari pada manusia", bahwa "rakyat adalah pembuat sejarah", dan lain sebagainya, adalah benar].
In contrast to idealism, dialectical materialism maintains that truth is objective. Since truth reflects the objectively existing word, its content does not depend on man’s consciousness.
Objective truth, LENIN Wrote, is the content of our knowledge, which neither on mans, nor on mankind. The content of truth is fully determined by the objective process it reflects
Berlawanan dengan idealisme, maka meterialisme dialektika mempertahankan bahwa kebenaran adalah obeyektif. Selama kebenaran mencerminkan dunia wujud secara obyektif, maka wujudnya itu tergantung pada kesadaran manusia. Kebenaran obyektif, tulis Lenin, adalah kandungan pengetahuan kita yang tidak tergantung, baik kepada manusia maupun kepada kemanusiaan. Kandungan kebenaran sepenuhnya ditentukan oleh proses abyektif yang tercerminkannya.
LENIN Menulis:
"From live contemplation to abstract thinking and from that to practice, such is the dialectical process of cognizing the truth, of cognizing objective reality.
[Dari renungan yang hidup menuju ke pemikiran yang abstrak, dan dari situ menuju praktek, demikianlah proses dialektis tentang pengenalan atas kebenaran, atas realitas obyektif].
Selajunya kaum marxist mengenal dua macam kebenaran, yaitu (a) kebenaran mutlak dan (b) kebenaran relatif]
"Absolute truth is objective truth in its entirety, an absolutely exact reflection of reality"
[Kebenaran mutlak ialah kebenaran yang selengkapnya obyektif, yaitu suatu pencerminan dari realitas secara pasti mutlak]
" Relative truth is incomplete correspondence of knowledge to reality. Lenin called this truth the relatively true reflection of an object which is independent of man"
[Kebenaran relatif adalah pengetahuan mengenai relaitas yang kesesuaianya tidak lengkap, tidak sempurna. Menurut Lenin, kebenaran relatif adalah pencerminan dari obyek yang relatif benar, yang terbatas dari manusia].
"Every truth is objective truth”
[setiap kebenaran adalah kebenaran yang obyektif].
"Relative truth is imperfect, incomplete truth.
[kebenaran relatif adalah kebenaran yang tidak sempurna, tidak lengkap]
SIMPULAN :
Mengenai Teori Korespondensi tentang kebenaran dapat disimpulkan sebagai berikut :
Kita mengenal dua hal, yaitu : pertama pernyataan dan kedua keyataan. Menurut teori ini kebenartan iaah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan sesuatu sendiri.
Sebagai contoh dapat dikemukakan : " Surabaya adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Timur sekarang" ini adalah sebuah pernyataan; dan apabila kenyataannya memang Surabaya adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Timur ", pernyataan itu benar, maka pernyataan itu adalah suatu kebenaran.
Rumusan teori korespondensi tentang kebenaran itu bermula dari ARIESTOTELES, dan disebut teori penggambaran yang definisinya berbunyi sebagai berikut :
“VERITAS EST ADAEQUATIO INTELCTUS ET RHEI”
[kebenaran adalah persesuaian antara pikiran dan kenyataan].
TEORI KONSISTENSI TENTANG KEBENARAN
Teori yang kedua adalah Teori Konsistensi.
The Consistence Theory Of Truth, yang sering disebut dengan The coherence Theory Of Truth.
" According to this theory truth is not constituted by the relation between a judgment and something else, a fact or really, but by relations between judgment themselves "
[Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgment) dengan sesuatu yang lalu, yakni fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri].
Dengan demikian, kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui benarnya terlebih dahulu.
Jadi suatu proposisi itu cenderung untuk benar jika proposisi itu coherent [saling berhubungan] dengan proposisi yang benar, atau jika arti yang terkandung oleh proposisi tersebut koheren dengan pengalaman kita.
" A belief is true not because it agrees with fact but because it agrees, that is to say, harmonizes, with the body knowledge that we presses”
[Suatu kepercayaan adalah benar, bukan karena bersesuaian dengan fakta, melainkan bersesuaian/selaras dengan pengetahuan yang kita miliki]
"It the maintained that when we accept new belief as truths it is on the basis of the manner in witch they cohere with knowledge we already posses”
[Jika kita menerima kepercayan-kepercayaan baru sebagai kebenaran-kebenaran, maka hal itu semata-mata atas dasar kepercayaan itu saling berhubungan [cohere] dengan pengetahuan yang kita miliki]
“A judgment is true it if consistent with other judgment that are accepted or know to be true. True judgment is logically coherent with other relevance judgment”
[suatu putusan adalah benar apabila putusan itu konsisten dengan putusan-putusan yang terlebih dahulu kita terima, dan kita ketahui kebenarannya. Putusan yang benar adalah suatu putusan yang saling berhubungan secara logis dengan putusan-putusan lainnya yang relevance]
Jadi menurut teori ini , putusan yangh satu dengan puitusan yang lainnya saling berhubungan dan saling menerangkan satu sama lainnya.
"The truth is systematic coherence
[Kebenaran adalah saling hubungan yang sistematik]
" Truth is consistency”
[kebenaran adalah konsistensi, selaras, kecocokan]
Selanjutnya teori konsistensi/koherensi ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
Kebenaran adalah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan lainnya yang lebih dahulu kita akui/ terima/ ketahui kebenarannya.
Kedua:
Teori ini dapat juga dinamakan teori justifikasi tentang kebenaran, karena menurut teori ini suatu putusan dianggap benar apabila mendapat justifikasi putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah dikatahu kebenarannya.
Misalnya:
Bungkarno, adalah ayahanda Megawati Sukarno Puteri, adalah pernyataan yang kita ketahui, kita terima, dan kita anggap benar.
Jika terdapat penyataan yang koheren dengan pernyataan tersebut diatas, maka pernyataan ini dapat dinyatakan Benar. Kerena koheren dengan pernyataan yang dahulu:
Misalnya.
- Bungkarno memiliki anak bernama Megawati Sukarno Putri
- Anak-anak Bungkarno ada yang bernama Megawati Sukarno Putri
- Megawati Sukarno Putri adalah keturunan Bungkarno
- Dll
TEORI PRAGMATISME
Teori ketiga adalah teori pragmatisme tentang kebenaran, the pragmatic [pramatist] theory of truth. Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani pragma, artinya yang dikerjakan, yang dapat dilaksanakan, dilakukan, tindakan atau perbuatan.
Falsafah ini dikembangan oleh seortang orang bernama William James di Amerika Serikat.
Menurut filsafat ini dinyatakan, bahwa sesuatu ucapan, hukum, atau sebuah teori semata-mata bergantung kepada asas manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat.
Suatu kebenaran atau suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan manusia. Teori, hipotesa atau ide adalah benar apabila ia membawa kepada akibat yang memuaskan, jiak membawa akibat yang memuaskan, dan jika berlaku dalam praktik, serta memiliki niali praktis, maka dapat dinyatakan benar dan memiliki nilai kebenaran.
Kebenaran terbukti oleh kegunannya, dan akibat-akibat praktisnya. Sehingga kebenaran dinyatakan sebagai segala sesuatu yang berlaku.
Menurut William James “ ide-ide yang benar ialah ide-ide yang dapat kita serasikan, jika kita umumkan berlakunya, kita kuatkan dan kita periksa.
Menurut penganut praktis, sebuah kebenaran dimaknakan jika memiliki nilai kegunaan [utility] dapat dikerjakan [workability], akibat atau pengaruhnya yang memuaskan [satisfactory consequence].
Dinyatakan sebuah kebenaran itu jika memilki “hasil yang memuaskan “[satisfactory result], bila :
Sesuatu yang benar jika memuaskan keinginan dan tujuan manusia
Sesuatu yang benar jika dapat diuji benar dengan eksperimen
Sesuatu yang benar jika mendorong atau membantu perjuangan biologis untuk tetap ada.
HUBUNGAN TEORI & FAKTA
HUBUNGAN TEORI & FAKTA
[Sarana berpikir ilmiah]
Pemahaman teori & Pemahaman fakta
TEORI:
Teori adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematik dalam gejala social maupun natura yang dijadikan pencermatan. Teori merupakan abstarksi dari pengertian atau hubungan dari proposisi atau dalil.
Menurut Kerlinger [1973] teori dinyatakan sebagai sebuah set dari proposisi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena.
Terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam mencermati lebih jauh mengenai teori, yakni :
1. Teori adalah sebuah set proposisi yang terdiri dari konstrak [construct] yang sudah didefinisikan secara luas dan dengan hubungan unsur-unsur dalam set tersebut secara jelas
2. Teori menjelaskan hubungan antar variable atau antar konstrak sehingga pandangan yang sistematik dari fenomena fenomena yang diterangkan oleh variable dengan jelas kelihatan
3. Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasi variable satu berhubungan dengan variable yang lain.
Teori sebagai alat ilmu
Teori dinyatakan pula sebagai alat dari ilmu [tool of science], sedangkan peranya meliputi :
1. Mendifinisikan orientasi utama dari ilmu dengan cara memberikan definisi terrhadap jenis-jenis data yang akan dibuat
2. Teori memberikan rencana konseptual, dengan rencana fenomena-fenomena yang relevan disitematisasi, diklasifikasi dan dihubung-hubungkan.
3. Teori memberi ringkasan terhadap fakta dalam bentuk generalisasi empiris dan system generalisasi
4. Teori memberikan prediksi terhadap faktaTeori memperjelas celah-celah dalam pengetahuan kita
Fakta adalah pengamatan yang telah diverifikasi secara empiris. Fakta dalam prosesnya kadangkala dapat menjadi sebuah ilmu namun juga sebaliknya. Fakta tidak akan dapat menjadi sebuah ilmu manakala dihasilkan secara random saja. Namun bila dikumpulkan secara sistematis dengan beberama system serta dilakukan secara sekuensial, maka fakta tersebut mampu melahirkan sebuah ilmu. Sebagai kunci bahwa fakta tidak akan memiliki arti apa-apa tanpa sebuah teori.
HUBUNGAN FAKTA & TEORI
Hubungan fakta dan teori dapat divisualisasikan sebagai berikut :
Teori memprediksi fakta :
Penyingkatan fakta-fakta yang dilakukan oleh teori akan menghasilkan uniformitas dari pengamatan-pengamatan. Dengan adanya uniformitas maka dapat dibuat prediksi [ramalan] terhadap fakta-fakta yang akan datang dengan kata lain bahwa sebuah fakta baru akan lahir berdasarkan pengamatan fenomena-fenomena sekarang/saat ini.
Teori memperkecil jangkauan:
Fungsi utama dari teori adalah memberikan batasan terhadap ilmu dengan cara memperkecil jangkauan [range] dari fakta yang sedang dipelajari. Dalam dunia empiri banyak fenomena yang dapat dijadikan bahan pencermatan namun untuk pendalaman dan penajaman tertentu diperlukan batasan, sehingga teori berperan membatasi dalam lingkup [aspek] tertentu.
Teori meringkas fakta :
Teori melakukan perannya meringkas hasil penelitian . Melalui sebuah teori generalisasi terhadap hasil penelitian mudah dilakukan. Teori dengan mudah memberikan kemampuannya dalam memandu generalisasi-generalaisasi, bahkan teori mampu meringkas hubungan antar generalisasi.
Teori memperjelas celah kosong:
Dengan kemampuannya meringkas fakta – fakta saat ini dan melakukan prediksi, maka teori dapat memberikan petunjuk dan memperjelas kawasan mana yang belum dijangkau ilmu pengetahuan.
Fakta memprakarsai teori :
Terdapat berbagai fakta yang kita dijumpai secara empiri yang mampu melahirkan sebuah teori baru, karena secara tidak langsung fakta sebagai muara terciptanya sebuah teori.
Fakta memformulasikan kembali teori yang ada.
Tidak semua fakta mampu dijadikan teori, tetapi fakta dari hasil pengamatan dapat membuat teori lama menjadi teori baru /dikembangkan menjadi teori baru. Teori harus disesuaikan dengan fakta dengan demikian fakta dapat mengadakan reformulasi terhadap teori.
Fakta dapat menolak teori :
Jika banyak diperoleh fakta yang menujukkan sebuah teori tidak dapat diformulasikan maka fakta berhak menolak teori tersebut.
Fakta memberi jalan mengubah teori :
Fakta mampu memperjelas teori dan mengajak seseorang untuk mengubah orientasi teori . Dengan hadirnya orientasi baru dari teori akan bersekuensi logis pada penemuan fakta-fakta baru.
SIMPULAN
Teori meningkatkaan keberhasilan penelitian karena teoridapat menghubungkan penemuan penemuan yang nampaknya berbeda-beda ke dalam suatu keseluruhan serta memperjelas proses-proses yang terjadi didalamnya.
Teori dapat memberikan penjelasan terhadap hubungan –hubungan yang diamati dalam suatu penelitian.
PENDEKATAN AWAL FILSAFAT ILMU PENGATAHUAN
PENDEKATAN AWAL FILSAFAT ILMU PENGATAHUAN
Perbedaan antara ilmu dan pengetahuan
Dasar Ontologi keilmuan
Metodologi keilmuan
Pengantar:
Istilah ilmu sudah sangat populer, tetapi seringkali banyak orang memberikan gambaran yang tidak tepat mengenai hakikat ilmu. Terlebih lagi bila pengertian ini dikaitkan dengan berbagai aspek dalam suatu kegiatan keilmuan misalnya matematika, logika, penelitian dan sebagainya.
Apakah bedanya ilmu pengetahuan [science] dengan pengetahuan [knowledge] ? Apakah karakter ilmu ? apakah keguanaan ilmu ? Apakah perbedaan ilmu alam dengan ilmu sosial ? apakah peranan logika ? Dimanakah letak pentingnya penelitian ? apakah yang disebut metode penelitian? Apakah fungsi bahasa ? Apakah hubungan etika dengan ilmu.
Manusia berfikir karena sedang menghadapi masalah, masalah inilah yang menyebabkan manusia memusatkan perhatian dan tenggelam dalam berpikir untuk dapat menjawab dan mengatasi masalah tersebut, dari masalah yang paling sumir/ringan hingga masalah yang sangat "Sophisticated"/sangat muskil.
Kegiatan berpikir manusia pada dasarnya merupakan serangkaian gerak pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan [knowledge]. Manusia dalam berpikir mempergunakan lambang yang merupakan abstraksi dari obyek. Lambang-lambang yang dimaksud adalah "Bahasa" dan "Matematika"
Meskipun kelihatannya nampak betapa banyaknya serta aneka ragamnya buah pemikiran itu namun pada hakikatnya upaya manusia untuk memperoleh pengetahuan didasarkan pada tiga masalah pokok yakni :
ONTOLOGI :
Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui. Apa yang ingin diketahui oleh ilmu? atau dengan perkataan lain, apakah yang menjadi bidang telah ilmu
Suatu pertanyaan:
• Obyek apa yang ditelaah ilmu ?
• Bagaiman wujud yang hakiki dari obyek tersebut ?
• Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia [seperti berpikir, merasa dan mengindera] yang membuahkan pengetahuan.
[Inilah yang melandasi ONTOLOGI]
Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan-lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam pikiran orang Barat sudah menunjukkan munculnya perenungan di bidang ontology. Pada dasarnya tidak ada pilihan bagi setiap orang pemilihan antara “kenampakan”[appearance] dan “kenyataan”[reality]. Ontologi menggambarkan istilah-istilah seperti: “yang ada”[being], ”kenyataan” [reality], “eksistensi”[existence], ”perubahan” [change], “tunggal” [one] dan “jamak”[many].
Ontologi merupakan ilmu hakikat, dan yang dimasalahkan oleh ontology adalah:
Apakah sesungguhnya hakikat realitas yang ada”rahasia alam” dibalik realitas itu?
Ontologi membahas bidang kajian ilmu atau obyek ilmu. Penentuan obyek ilmu diawali dari subyeknya. Yang dimaksud dengan subyek adalah pelaku ilmu. Subyek dari ilmu adalah manusia; bagian manusia paling berperan adalah daya pikirnya.
DASAR ONTOLOGI ILMU
Apakah yang ingin diketahui ilmu atau apakah yang menjadi bidang telaah ilmu? Ilmu membatasi diri hanya pada kejadian yang bersifat empiris, mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh pancaindera manusia atau yang dapat dialami langsung oleh manusia dengan mempergunakan pancainderanya. Ruang lingkup kemampuan pancaindera manusia dan peralatan yang dikembangkan sebagai pembantu pancaindera tersebut membentuk apa yang dikenal dengan dunia empiris. Dengan demikian obyek ilmu adalah dunia pengalaman indrawi. Ilmu membatasi diri hanya kepada kejadian yang bersifat empiris.
Pengetahuan keilmuan mengenai obyek empiris ini pada dasarnya merupakan abstraksi yang disederhanakan. Penyederhanaan ini perlu sebab kejadian alam sesungguhnya sangat kompleks. Ilmu tidak bermaksud "memotret" atau "mereproduksi" suatu kejadian tertentu dan mengabstaraksikannya kedalam bahasa keilmuan. Ilmu bertujuan untuk mengerti mengapa hal itu terjadi, dengan membatasi diri pada hal-hal yang asasi. Atau dengan perkataan lain, proses keilmuan bertujuan untuk memeras hakikat empiris tertentu, menjangkau lebih jauh dibalik kenyatan-kenyataan yang diamatinya yaitu kemungkinan-kemungkinan yang dapat diperkirakan melalui kenyataan-kenyataan iru. Disinilah manusia melakukan transendensi terhadap realitas.
Untuk mendapatkan pengetahuan ini ilmu membuat beberapa andaian [asumsi] mengenai obyek-obyek empiris. Asumsi ini perlu, sebab pernyataan asumstif inilah yang memberi arah dan landasan bagi kegiatan penelaahan kita.
ASUMSI EMPIRIS :
Ilmu memiliki tiga asumsi mengenai obyek empirisnya :
1. Asumsi pertama : Asumsi ini menganggap bahwa obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain misalnya dalam hal bentuk struktur, sifat dsb. Klasifikasi [taksonomi] merupakan pendekatan keilmuan pertama terhadap obyek.
2. Asumsi kedua: asumsi ini menganggap bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu (tidak absolut tapi relatif ). Kegiatan keilmuan bertujuan mempelajari tingkah laku suatu obyek dalam keadaan tertentu. Ilmu hanya menuntut adanya kelestarian yang relatif, artinya sifat-sifat pokok dari suatu benda tidak berubah dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian memungkinkan kita untuk melakukan pendekatan keilmuan terhadap obyek yang sedang diselidiki.
3. Asumsi ketiga : Asumsi ini menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan. Tiap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dengan urutan/sekuensial kejadian yang sama. Misalnya langit ,mendung maka turunlah hujan. Hubungan sebab akibat dalam ilmu tidak bersifat mutlak. Ilmu hanya mengemukakan bahwa "X" mempunyai kemungkinan[peluang] yang besar mengakibatkan terjadinya "Y". Determinisme dalam pengertian ilmu mempunyai konotasi yang bersifat peluang [probabilistik]. Statistika adalah teori peluang.
EPISTEMOLOGI
Epistemologi mempermasalahkan kemungkinan mendasar mengenai pengetahuan [very possibility of knowledge].
Pada perkembangannya epistemology menampakkan jarak yang asasi antara rasionalisme dan empirisme, walaupun sebenarnya terdapat kecenderungan beriringan.
Landasan epistemology tercermin secara operasional dalam metode ilmiah . Pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuan berdasarkan :
1. kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun;
2. menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka tersebut dan melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud dengan menguji kebenaran pernyataan secara factual.
Metode ilmiah dikenal dengan :
Logico-hypothetico-verificative atau deducto--hypothetico-verificative
Suatu pertanyaan:
1. Bagaiman proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu ?
2. Bagaimana prosedurnya ?
3. Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar ?
4. Apa yang disebut kebenaran itu sendiri ?
5. Apakah kriterianya ?
6. Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu ?
Inilah Kajian epistemology
DASAR EPISTEMOLOGI ILMU
Epistemologi atau teori pengetahuan, membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha kita memperoleh pengetahuan.
Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Ilmu lebih bersifat kegiatan dinamis tidak statis. Setiap kegiatan dalam mencari pengetahuan tentang apapun selama hal itu terbatas pada obyek empiris dan pengetahuan tersebut diperoleh dengan mempergunakan metode keilmuan, adalah sah disebut keilmuan.
Hakikat keilmuan tidak berhubungan dengan "titel" atau "gelar akademik", profesi atau kedudukan, hakikat keilmuan ditentukan oleh cara berpikir yang dilakukan menurut persyaratan keilmuan.
AKSIOLOGI
Permasalahan aksiologi meliputi [1] sifat nilai, [2] tipe nilai, [3] criteria nilai, [4] status metafisika nilai.
Pada adasarnya ilmu harus digunakan untuk kemaslahatan umat manusia. Ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf hidup manusia dengan menitik beratkan pada kodrat dan martabat.
Untuk kepentingan manusia maka pengetahuan ilmiah yang diperoleh disusun dipergunakan secara komunal dan universal.
Suatu pertanyaan:
1. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan ? bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah moral ?
2. Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
3. Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional?
METODE KEILMUAN
Gabungan antara pendekatan rasional dan cara empiris dinamakan metode keilmuan. Rasionalisme memberikan kerangka pemikiran yang koheren dan logis. Sedangkan empirisme kerangka pengujian dalam memastikan suatu kebenaran.
Salah satu aspek metode keilmuan adalah menyusun konsep penjelasan atau berpikir secara teoritis. Pemikiran teoritis ini bersifat deduktif dan pada dasarnya suatu proses berpikir logis dan sistematis, maka disinilah logika memegang peranan yang penting. Kita melihat kegunaan logika dan matematika dalam proses berpikir deduktif untuk menurunkan ramalan atau hipotesis kemudian mengujinya Secara empiris dengan pertolongan metode keilmuan yakni penelitian dikembangkan diatas asas-asas statistika, agar kesimpulan yang ditarik dapat dipertanggung jawabkan secara keimluan.
Dunia rasional adalah koheren, logis dan sistematis, dengan logika deduktif sebagai sendi pengikatnya (abstraksi), Dipihak lain terdapat dunia empiris yang obyektif dan berorientasi kepada fakta sebagaimana adanya.
Simpulan umum yang ditarik dari dunia empiris secara induktif merupakan batu ujian kenyataan dalam menerima atau menolak suatu kebenaran. Ia merupakan wasit dalam "gimnastik" berpikir itu [ilmu dimulai dengan fakta dan diakhir dengan fakta apapun teori yang disusun diantara mereka] ---Albert einstein.
Kebenaran ilmu bukan saja merupakan kesimpulan rasional yang koheren dan logis dengan sistem pengetahuan yang berlaku, tetapi juga harus sesuai dengan kenyataan yang ada.
Tesis pokok bahwa metode keilmuan pada hakikatnya merupakan hasil perkembangan dari metode rasionalisme dan empirisme.
FILSAFAT, ILMU, DAN FILSAFAT ILMU
FILSAFAT, ILMU, DAN FILSAFAT ILMU
[Sebuah terminologi]
Filsafat dan Ilmu Filsafat Ilmu Sistematika Filsafat iImu
Istilah filsafat atau falsafah memiliki banyak arti. Menurut Socrates, filsafat merupakan cara berpikir secara radikal dan menyeluruh [holistic] atau cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.
Filsafat dalam peranya tidak bertugas menjawab pertanyaan yang muncul dalam kehidupan, namun justru mempersoalkan jawaban yang diberikan. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa berfilsafat adalah berpikir radikal (hingga sampai ke-akarnya], menyeluruh dan mendasar.
Wiil Durant adalah seorang-orang yang menggambarkan filsafat sebagai pasukan marinir yang sedang merebut sebuah pantai. Setelah pantai berhasil dikuasai, pasukan infanteri dipersilahkan mendarat. Pasukan infanteri adalah merupakan, “pengetahuan “ yang diantaranya “ilmu”.
Dari realita itulah nampak bahwa ilmu berasal dari filsafat, perkembagan ilmu senantiasa dirintis oleh filsafat. Oleh karena itu untuk memahami ilmu terlebih dahulu harus memahami filsafat.
Filsafat mendorong orang untuk mengetahui apa yang sudah diketahui dan apa yang belum diketahui.
Dinyatakan pula oleh Wiil Durant bahwa filsafat pada awalnya memiliki dua cabang, yakni :
•
filsafat alami [natural philosophy]
•
filsafat moral [moral philosophy]
Filsafat alami berkembang menjadi ilmu-ilmu alam sedangkan filsafat moral berkembang menjadi ilmu-ilmu sosial.
Hal-hal yang menjadi kajian filsafat adalah :
1. Logika
Logika adalah kajian yang mencari mana yang benar dan yang salah
2. Etika
Etika adalah kajian yang mencari mana yang baik dan yang tidak baik
3. Estetika
Estetika adalah kajian untuk menentukan mana yang indah dan mana yang tidak indah
4. Metafisika
Metafisika adalah kajian yang termasuk ke dalam teori tentang ada atau tentang tidak ada, hakikat keberadaan suatu zat, hakikat pikiran, dan kaitan antara pikiran dan zat.
5. Politik
Politik adalah kajian mengenai organisasi pemerintahan yang ideal.
Simpulan singkat yang kita peroleh adalah :
• Filsafat bersifat menyeluruh, mendasar dan spekulatif, sedangkan cakupan filsafat hanyalah hal-hal yang bersifat umum.
• Ilmu memiliki cakupan yang lebih sempit dari filsafat, namun memiliki kedalam dan lebih tuntas. Ilmu mengalami perkembangan, yakni perkembangan tahapan awal dan tahapan akhir. Pada tahapan awal ilmu masih menggunakan norma filsafat sebagai dasarnya dan metode yang digunakan adalah metode normatif dan deduktif. Tahapan berikutnya ilmu menggunakan temuan-temuan sebagai dasarnya dan menyatakan dirinya sebagai sesuatu yang otonom/lepas dari filsafat, dengan menggunakan metode deduktif dan induktif.
FILSAFAT ILMU
Yang dimaksud dengan filsafat ilmu adalah studi sistematik mengenai sifat hakikat ilmu, khususnya yang berkenaan dengan metodenya dan kedudukannya di dalam skema umum disiplin ilmu.
Untuk mendapatkan gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu dapatlah dicermati rangkuman ranah telaah yang tercakup dalam filsafat ilmu, seperti berikut :
• Filsafat ilmu adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu, terhadap symbol-symbol yang digunakan, dan terhadap struktur penalaran tentang system symbol yang digunakan. Telaah kritis diarahkan untuk mengkaji ilmu empirik dan juga ilmu rasional, juga untuk membahas studi-studi bidang etika dan estetika, studi sejarah, antropologi, geologi dll.
• Metode yang diangkat biasanya dinyatakan dengan istilah induktif, deduktif, hipotesis, data, penemuan dan verifikasi. Selanjutnya secara mendalam dinyatakan dengan istilah ekperimentasi, pengukuran, klasifikasi, dan idealisasi.
• Filsafat ilmu adalah suatu upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep dan upaya membuka tabir dasar-dasar empiris (ke-empirisan) dan dasar-dasar rasional (ke-rasionalan). Aspek filsafat sangat erat hubungannya dengan hal ihwal yang logis dan etimologis. Sehingga peran yang dilakukan adalah ganda. Pada sisi pertama filsafat ilmu mencakup analisis kritis terhadap “anggapan dasar”, seperti waktu, ruang, jumlah /kuantitas, mutu/kualitas dan hukum. Sisi lain filsafat ilmu menelaah keyakinan menganai penalaran proses-proses alami.
• Filsafat ilmu merupakan studi gabungan yang terdiri dari beberapa kajian, yang diajukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu. Juga berperan untuk menganalisis hubungan atau antar hubungan yang ada pada kajian satu terhadap kajian yang lain.
BEBERAPA TERMINOLOGI FILSAFAT ILMU:
1. Menurut Robert Ackermann :
Sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini yang membandingkan dengan pendapat terdahulu yang telah dibuktikan
2. Lewis White Beck:Mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah, serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan
3. Cornelius Benyamin
Cabang pengetahuan filsafati yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya, praanggapan-praanggapannya , serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang intelektual
4. May Brobeck :
Sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukiasan , dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
TUJUAN FILSAFAT ILMU
• Sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah
• Usaha merefleksi , menguji, menkritik asumsi dan metode keilmuan
• Memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Karena setiap metode ilmiah keilmuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan rasional.
MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN:
1. Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai ontologis. Melalui paradigma ontologism diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan spiritual keilmuan yang mampu mengatasi bahaya sekularisme ilmu pengetahuan.
2. Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan pertindustrian dalam batasan nilai epistemologis. Melalaui paradigma epistemologis diharapkan akan mendorong pertumbuhan wawasan intelektual keilmuan yang mampu membentuk sikap ilmiah
3. Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan perindustrian dalam batasan axiology. Melalui paradigma axiologis diharapkan dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai etis, serta mendorong perilaku adil dan membentuk moral tanggung jawab. Ilmu pengetahuan dan teknologi dipertanggung jawabkan bukan unntuk kepentungan manusia, namun juga untuk kepentingan obyek alam sebagai sumber kehidupan
4. Menyadarkan seorang-orang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara gading”, yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengkaitkan dengan kenyataan yang ada di luar dirinya. Kenyataan sesungguhnya bahwa setiap aktivitas keilmuan nyaris tidak dapat dilepaskan dari konteks kehidupan sosial kemasyarakatan
CATATAN PERIHAL ILMU PENGETAHUAN
1. Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah tersebut tidak lagi merupakan misteri. Penjelasan ini akan memungkinkan kita untuk meramalkan apa yang akan terjadi
2. Ilmu dankebenaran ibarat dua sisi dari sekeping mata uang [two sides of some coin]. Dengan kata lain, “ if one were to speak about truth or reality one has to investigate how to know what reality is”
3. Netralitas ilmu: Ilmu itu sendiri bersifat netral tidak mengenal baik atau buruk, dan si pemilik pengetahuan itulah yang mempunyai sikap.
4. Ilmu pengetahuan pada dasarnya lahir dan berkembang sebagai konsekuensi dari usaha-usaha manusia baik untuk memahami realitas kehidupan dan alam semesta maupun untuk menyelesaikan permasalahan hidup yang dihadapi, serta mengembangkan dan melestarikan hasil-hasil yang dicapai manusia sebelumnya.
5. Dikatakan oleh Einstein, “bahwa ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta apapun juga teori yang disusun diantara mereka”
APAKAH FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU ?
B. Arief Sidharta membuat manfaat dalam kehidupannya, serta mengisi keunikan diri dengan aktivitas yang jarang dilakukan orang lain pada umumnya. Selalu dalam kehidupnya dijalani dengan penuh pemikiran yang reflektif, sebagai bukti ketika memperingati ulang tahunnya yang ke 70, tetap membuat pancaran yang bermanfaat kepada sesamanya. Ulang tahunnya ditandai dengan meluncurnya sebuah buku filsafat.
Buku yang dinganu dari kempulan tulisan ini berkutak dengan masalah filsafat, dari empat tulisan, terdapat tiga tulisan yang mengkhususkan pada filsafat ilmu. Tiga tulisan itu ialah:
1. Apakah filsafat ilmu itu?
2. Filsafat Ilmu
3. Konsep Ilmu
Apakah filsafat ilmu itu ?
Filsafat ilmu dikupas dengan tahapan rincian sebagai berikut:
• Tujuan Ilmu [The goal of science]
• Penjelasan ilmiah [Scientific exolanation]
• Teori dan hukum ilmiah [ Scientific theories and law]
• Teori observasi [Theory and observasion]
• Penilaian dan demarkasi [Assessment and demarcation]
• Kesatuan ilmu [The unity of Science]
FILSAFAT ILMU
• Apakah ilmu itu?
• Metode ilmu
• Sikaplmiah
• Klasifikasi ilmu pengetahuan
• Masalah bebas nilai dan ilmu
• Pertanggungjawaban ilmu dan etika
KONSEP ILMU:
• Konsep ilmu dalam filsafat ilmu dewasa ini
• Konstruksi ilmu
• Jenis-jenis ilmu
• Kedudukan ilmu hukum.
Data Buku
JUDUL : Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu
PENULIS : B.Arief Sidharta [Editor]
PENERBIT: Pustaka Sutra.
ISBN-13: 978-979-16086-4-0
CETAKAN: I- April 2008
TEBAL: 114 hlm.
SADAPAN RINGKAS:
[halaman 80]
Bebera ciri pokok yang terdapat dari pengertian ilmu yakni:
1. Ilmu itu bersifat rasional, artinya proses pemikiran yang berlangsung dalam ilmu itu harus dan hanya tunduk pada hukum-hukum logika
2. Ilmu itu bersifat empirikal, artinya kesimpulan-kesimpulan yang ditariknya dapat ditundukkan pada pemeriksaan atau verivikasi pencaindera manusia. Dalam hubungan ini perlu dikemukakan, bahwa ilmu harus menerima prasuposisi-prasuposisi atau kebenaran-kebenaran tertentu, sebagai titik tolak atau dasar, yang dapat atau tidak perlu diverifikasikan oleh pancaindera manusia. Prasuposisi-prasuposisi ini diperoleh dari filsafat, misalnya kaidah-kaidah hukum logika dan hukum kausalitas
3. Ilmu bersifat sistematikal, yakni cara kerjanya runtut berdasarkan patokan tertentu [metodikal] yang secara rasional dapat dipertanggungjawabkan, dan hasilnya berupa fakta-fakta yang relevan dalam bidang yang ditelaahnya harus disusun dalam suatu kebulatan yang konsisten
4. Ilmu bersifat umum dan terbuka, artinya harus dapat dipelajari oleh tiap orang; jadi tidak bersifat esoterik [terbatas hanya bagi sekolompok orang tertentu]
5. Ilmu bersifat akumulatif, yakni kebenaran diperoleh selalu dapat dijadikan dasar untuk memperoleh kebenaran baru.
Tiga perangkat Kriteria:
[Halaman 105]
Menurut Harold Berman, keberadaan ilmu harus memenuhi tiga perangkat kreteria, antara lain yakni:
1. Kriteria Metodologikal
2. Kriteria Nilai
3. Kriteria Sosiologikal
Kriteria Metodologika:
Dalam peritilah metodologi, ilmu dalam arti modern dapat didefiniskan sebagai berikut:
• seperangkat pengethuan yang terintegrasi
• yang di dalamnya kejadian-kejadian atau gejala khusu secara sistematis dijelaskan
• dalam peristilahan asas-asas dan kebenaran umum
• pengetahuan tentang gejala, asas dan kebenaran umum [hukum] itu diproleh sebagai kombinasi:
• Hipotesis-verifiksi
• sejauh dimunkinkan : eksperimen
• metode ilmiah penelitian dan sistematisasi, emskipun memiliki ciri-ciri umum yang sama, anmun tidak sama untuk semua ilmu, melainkan harus disesuaikan pada jenis-jenis khas kejadian atau gejala yang menjadi pokok telaah ilmu yang bersangkutan
KRITERIA NILAI:
Ilmu dalam kegaitannya harus mengacu primis-primis nilai :
• obyektivitas ilmiah
• bebas pamrih [disinterestedness]
• skeptisisme terorganisasi
• toleransi terhadap kekeliruan
• keterbukaan terhadap kebenaran ilmiah baru
KRITERIA SOSIOLOGIKAL:
• Pembentukan komunitas ilmuwan, dalam rangka tanggung jawab kolektif berkenaan dengan pelaksanaan penelitian, pelatihan/pendidikan anggota baru, berbagi pengetahuan ilmiah [publikasi], dan otensitas pencapaian ilmiah di dalam dan di luar disiplin
• Penautan berbagai disiplin ilmiah dalam komuniats penstudi
• Status sosial yang menyandang hak istimewa komuniats para ilmuawan, misalnya kebebasab pengajaran dan penelitian, dan tanggung njawab memberikan pelayanan demi ilmu itu sendiri, metodenya, nilai-nilai dan fungsi sosialnya
Teori hubungan manusiawi (neo klasik) atau pasca klasik Dan Teori manajemen modern (ilmu pengetahuan)
Written by ESSY ADINDA R on October 16, 2009 – 8:25 pm
Teori hubungan manusiawi (neo klasik) atau pasca klasik
Aliran teori ini timbul karena pendekatan klasik tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi dalam produksi keselarasan kerja.
Tokoh tokoh dalam teori ini:
1. hugo Munsterberg (1863 – 1916)
hugo dikenal sebagai bapak psikologi industri. Dalam bukunya ‘phsicology and industrial efficiency’ menguraikan bahwa untuk mencapai tujuan produktivitas harus melakukan tiga cara yaitu:
1. penemuan best possible person
2. penemuan best possible work
3. penggunaan best possible effect
2. Elton Mayo (1880 – 1949)
Terkenal dengan percobaan-percobaan Howthorne, dimana hubungan manusiawi menggambarkan manajer bertemu atau berinteraksi dengan bawahan. Bila moral atau efisiensi kerja memburuk maka hubungan manusiawi dalam organisasi juga akan buruk.
Teori manajemen modern (ilmu pengetahuan)
Teori ini dibagi menjadi dua yaitu perilaku organisasi dan manajemen ilmiah atau manajemen operasi (aliran kuantitatif)
1. teori perilaku organisasi
teori ini ditandai dengan pandangan dan pendapat baru mengenai perilaku manusia dan system. Tokoh aliran teori ini:
1. Douglas McGregor, terkenal dengan Teori X dan Teori Y
2. Frederick Herzberg, terkenal dengan Teori Motivasi Higenis atau Teori Dua Factor
3. Chris Argiris, mengatakan bahwa organisasi sebagai system social atau system antar hubungan budaya
4. Edgar Schein, dinamika kelompok dalam organisasi
5. Abraham Maslow, mengemukakan tentang hirarki kebutuhan, perilaku manusia, dan dinamika proses.
6. Robert Blak dan Jane Mouton, mengemukakan lima gaya kepemimpinan dengan kisi-kisi manajerial (managerial grid)
7. Rensislikert, mengemukakan empat system manajemen dari system explotatif otoritatif sampai system partisipatif kelompok.
8. Fred Feidler, menerapkan pendekatan kontigensi pada studi kepemimpinan.
Apakah anda tau persisnya teori darwin itu seperti apa, jadi sebelum membenarkan atau menyalahkan mendingan baca dulu deh teorinya seperti apa :
1. Spesies pada dasarnya memiliki fertilitas yang sangat tinggi. Jumlah keturunan yang dilahirkan lebih banyak dari keturunan yang bisa mencapai usia dewasa.
2. Populasi kira-kira tetap berjumlah sama, dengan sedikit perubahan.
3. Sumber makanan adalah terbatas, tetapi relatif stabil dalam jangka waktu lama.
4. Oleh karena itu terjadi perjuangan secara implisit untuk bertahan hidup.
5. Pada spesies yang melakukan reproduksi secara seksual, biasanya tidak ada dua individu yang identik.
6. Beberapa variasi dalam spesies secara langsung mempengaruhi kemampuan individu untuk bertahan dalam kondisi alam tertentu.
7. Sebagian besar dari variasi ini bersifat turunan.
8. Individu yang kurang sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya memiliki kemungkinan bertahan hidup yang yang lebih kecil dan kemungkinan akan lebih banyak melakukan reproduksi.
9. Individu yang selamat kemungkinan besar akan menurunkan ciri-ciri yang dimilikinya kepada generasi berikutnya.
10. Proses yang menyebabkan perubahan ini menghasilkan populasi yang perlahan-lahan bisa beradaptasi dengan lingkungan, dan pada akhirnya, setelah berlangsung secara terus-menerus akan terbentuk keragaman yang baru, dan akhirnya spesies baru.
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN FILSAFAT DAN ILMU
CUPLIK BUKU:
[buku ini memiliki kekuatan ketika menjelaskan perbedaan dan persamaan antara filsafat dan ilmu]
Detil Buku:
JUDUL : Filsafat Ilmu
PENULIS : Dr. Amsal Baktiar, MA
PENERBIT: PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Jl. Pelepah hijau IV TN. I No. 14-15 Kelapa Gading Permai. Jakarta 14240. Telp. 4520051. E-mail: rajapers@indo.net.id
http://www.rajawalipers.com/
ISBN: 979-421-993-2
CETAKAN: Maret 2004
HALAMAN: 240 hlm; 12 cm
CIRI UTAMA ILMU:
• Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan kepada yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi
• Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek [atau alam obyek] yang sama dan saling berkaitan secara logis. Karena itu, koherensi sistematik adalajh hakikat ilmu. Prinsip-prinsip obyek dan hubungan-hubungannya yang tercermin dalam kaitan-kaiatan logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip metafisis obyek menyingkapkan dirinya sendiri kepada kita dalam prosedur ilmu secara lamban, didasarkan pada sifat khusus intelek kita yang tidak dapat dicarikan oleh visi ruhani terhadap realitas tetapi oleh berpikir
• Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapan
• Ciri hakiki lainnya dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan ide yang terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu menuntut pengamatan dan berpikir metodis, tertata rapi. Alat Bantu metodologis yang penting adalah terminology ilmiah. Yang disebut belakangan ini mencoba konsep-konsep ilmu.
DIFINISI ILMU MENURUT PARA AHLI
• Mohammad Hatta, mendifinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kdudukannya tampak dari luar, amupun menurut hubungannya dari dalam
• Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak
• Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah sederhana
• Ashely Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disususn dalam satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
• Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran, menerangkan bahwa ilmu adalah:
Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan
-------Suatu pendekatan atau mmetode pendekatan terhadap seluruh dunia empirisyaitu dunia yang terikat oleh factor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia
-------Suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…”
• Afanasyef, seorang pemikir Marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum, yang ketetapnnya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN FILSAFAT DAN ILMU
PERSAMAAN:
• Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya
• Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya
• Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan
• Keduanya mempunyai metode dan sistem
• Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia [obyektivitas], akan pengetahuan yang lebih mendasar.
PERBEDAAN:
• Obyek material [lapangan] filsafat itu bersifat universal [umum], yaitu segala sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifatv teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita
• Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya
• Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu
• Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar [primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder [secondary cause]
Rating: 0.0/10 (0 votes cast)
Rating: +1 (from 1 vote)
Posted in Cerpen | No Comments »
Cerpen lucu
Written by MOHAMMAD ZAENURI on October 28, 2009 – 1:21 pm
Terkikisnya Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Pengantar Berkomunikasi
Written by SUCI PRATIWI on October 28, 2009 – 8:21 pm
81 tahun silam Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia [PPPI] menyelenggarakan kongres pemuda yang ke 2. Sehingga menghasilkan sumpah pemuda yang berisi :
Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Pagi tadi, sebelum berangkat kuliah saya mendengar siaran radio. Agak tercengang waktu penyiarnya membahas tentang penggunaan bahasa Indonesia dikalangan masyarakat belakangan ini.
Sepertinya kita sudah tidak asing dengan para orang tua yang bangga bila anaknya disekolahkan
di sekolah-sekolah Billingual [Dua Bahasa] atau international schools , memang sekolah-sekolah seperti itu mempunyai kualitas lebih baik. Namun yang saya perhatikan, banyak dari mereka yang lebih menyukai memakai bahasa asing dalam berkomunikasi sehari-hari. Terutama di lingkungn sekolah.
Sering saya lihat anak-anak berhidung pesek, kulit sawo matang, rambut hitam [terlihat Indonesia sekali] namun mereka ’sok bule’, merengek minta mainan dengan bahasa Inggris.
Tulisan ini bukan bermaksud menyudutkan pihak manapun. Contoh diatas hanya sebagian kecil dari pemandangan-pemandangan miris tentang lunturnya fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar berkomunikasi. Namun tidakkah lebih baik kita menjaga warisan leluhur. Jika dari kecil sudah tidak mengenal bahasa Indonesia dengan baik, apa jadinya sumpah pemuda 20tahun mendatang.
Mungkin sumpah setia pada point ke 3 akan terhapus, karena bibit-bibit penerus bangsa tak pernah dikenalkan apa itu Bahasa Indonesia.
Mungkin saja persatuan bangsa ini akan luntur karena kecintaan akan budaya Indonesia terkikis jaman tergantikan budaya asing.
arti-pentingnya-metode-dan-organisasi
Written by AGUSTIEN WILUJENG on October 27, 2009 – 12:21 pm
Istilah organisasi dapat diartikan :
Wadah : sekelompok manusia untuk saling bekerjasama
Proses : pengelompokan manusia dalam suatu kerja sama yang efisien
Pengertian organisasi :
Organisasi menurut Stoner
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
Organisasi menurut James D. Mooney
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi Menurut Chester I. Bernard
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Istilah metode :
Berarti suatu tata kerja yang dapat mencapai tujuan secara efisien.
Pengertian organisasi dan metode secara lengkap adalah :
Rangkaian proses kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kegunaan segala sumber dan faktor yang menentukan bagi berhasilnya proses manajemen terutama dengan memperhatikan fungsi dan dinamika organisasi atau birokrasi dalam rangka mencapai tujuan yang sah ditetapkan.
Teori Organisasi
1. Teori Organisasi Klasik (Teori Tradisional)
Teori klasik (classical theory) berisi konsep-konsep tentang organisasi mulai tahun 1800 (abad 19). Secara umum digambarkan oelh para teoritisi klasik sebagai sangat desentralisasi dan tugas-tugasnya terspesialisasi, serta memberikan petunjuk mekanistik structural yang kaku tidak mengandung kreativitas.
a. Teori Birokrasi
Teori ini dikemukakan oleh Max Weber dalam bukunya “The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism. Kata birokrasi mula-mula berasal dari kata legal-rasional. Organisasi itu legal, karena wewenangnya berasal dari seperangkat aturan prosedur dan peranan yang dirumuskan secara jelas, dan organisasi disebut rasional dalam hal penetapan tujuan dan perancangan organisasi untuk mencapai tujuan tersebut.
b. Teori Administrasi
Teori ini sebagian besar dikembangkan atas dasar sumbangan Henri Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa serta Mooney dan Reily dari Amerika.
Henry Fayol industrialis dari Perancis, pada tahun 1841-1925 mengemukakan dan membahas 14 kaidah manajemen yang menjadi dasar perkembangan teori administrasi adalah :
- Pembagian kerja (division of work)
- Wewenang dan tanggung jawab (authorityand responsibility)
- Disiplin (discipline)
- Kesatuan perintah (unity of command)
- Kesatuan pengarahan (unity of direction)
- Mendahulukan kepentingan umum daraipada pribadi
- Balas jasa (remuneration of personnel)
- Sentralisasi (centralization)
- Rantai scalar (scalar chain)
- Aturan (oreder)
- Keadilan (equity)
- Kelanggengan personalia (stability of tenure of personnel)
- Inisiatif (initiative)
- Semangat korps (spirit de corps)
Macam Organisasi dari Segi Tujuan dan Luas Wilayahnya
1. Organisasi Niaga
Organisasi yang tujuan utamanya mencari keuntungan:
Macam-macamnya yaitu :
Perseroan Terbatas (PT)
Perseroan Komanditer (CV)
Firma (FA)
Koperasi
Join ventura
Holding Company
2. Organisasi sosial dan organisasi kemasyarakatan.
Organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat.
Jalur pembentukannya :
Jalur Keagamaan
Jalur Profesi
Jalur Kepemudaan
Jalur Kemahasiswaan
Jalur Kepartaian & Kekaryaan
Organisasi Regional dan internasional.
Organisasi regional adalah organisasi yang luas wilayahnya meliputi beberapa negara tertentu saja.
Organisasi internasional adalah organisasi yang anggota-anggotanya meliputi negara di dunia.
BENTUK ORGANISASI
1. Organisasi Garis
Bentuk organisasi tertua dan paling sederhana. Ciri-ciri bentuk organisasi ini adalah organisasinya masih kecil, jumlah karyawannya sedikit dan saling mengenal serta spesialisasi kerja belum tinggi.
2. Organisasi Garis dan staf
Dianut oleh organisasi besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang tugas yang beraneka ragam serta rumit dan jumlah karyawannya banyak. Staf yaitu orang yang ahli dalam bidang tertentu, tugasnya memberi nasihat dan saran dalam bidang kepada pejabat pimpinan di dalam organisasi.
Organisasi fungsional
Organisasi yang disusun atasdasar yang harus dilaksanakan organisasi ini dipakai pada perusahaan yang pembagian tugasnya dapat dibedakan dengan jelas.
Organisasi Panitia
Organisasi dibentuk hanya untuk sementara waktu saja, setelah tugas selesai maka selesailah organisasi tersebut.
Organisasi Lini dan Staf
Staf tugasnya memberi layanan dan nasihat kepada manager dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Tugas yang dilakukan oleh ini merupakan tugas-tugas pokok dari suatu organisasi atau perusahaan
Pengertian Sinopsis
Written by AGUSTINA DEWI CAHYOWATI on October 25, 2009 – 9:13 pm
Sinopsis adalah ringkasan cerita cerpen. Ringkasan cerpen adalah bentuk pemendekan dari sebuah cerpen dengan tetap memperhatikan unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut. membuat Sinopsis merupakan suatu cara yang efektif untuk menyajikan cerita yang panjang dalam bentuk yang singkat.
Dalam sinopsis, keindahan gaya bahasa, ilustrasi, dan penjelasan-penjelasan dihilangkan, tetapi tetap mempertahankan isi dan gagasan umum pegarangnya.
Sinopsis biasanya dibatasi oleh jumlah halaman, misalnya dua atau tiga halaman, seperlima atau sepersepuluh dari panjang karangan asli.
Unsur-unsur dalam cerpen :
1. Tema
Yaitu gagasan inti. Dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan pondasi sebuah bangunan.
2. Alur atau Plot
Yaitu rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek tertentu.
3. Penokohan
Yaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita.
4. Latar atau Setting
yaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita.
5. Sudut Pandangan Tokoh
Diantara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun cerita pendek adalah sudah pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang.
Diposkan oleh Agustina Dewi C di 05:33 0 komentar
Sinopsis Cerpen “Karena Cinta”
Karena C i n t a
Oleh : Ayu Sandra
Cerpen “Karena Cinta” Mengisahkan tentang hubungan dua insan yang di nodai, karena pengkhianatan seorang laki-laki terhadap pasangannya. Tapi karena cinta sejati mereka dapat bersatu kembali.
Berawal dari sebuah petegkaran. “Dee, aku ingin kita putus”. “Apa…?? apa yang kau katakan Dre?? Pertunangan yang sudah 6 tahun kita jalani ingin kau sudahi begitu saja. Aku tida bisa”.
“Apa aku melakukan kesalahan sayang?” Dee berusaha untuk menenangkan diri.
“Please Dee, aku tidak bisa meneruskan hubungan kita”., Andre tetap ingin menyudahi hubungan mereka.
“Aku tidak mau menyakitimu dengan terus membohongimu. Aku sudah mengkhianatimu. Aku berhubungan dengan wanita yang bernama Shakira, rekan kerjaku di Kantor. Maafkan aku, tapi aku sudah terlanjur mencitainya. Aku ingin kita berpisah”.
“Baiklah bila itu adalah pilihanmu, aku akan pergi”, dengan hati yang hancur Dee beranjak pergi dari Andre dengan airmata yang berlinang deras.
***
Beberapa hari kemudian, Dee mengutarakan keinginannya untuk pergi ke Canada. “Ma aku ingin melanjutkan S2 ku di Canada”.
“Apa kau serius Dee?? Ujar mama Dee. Apa karena Andre??”. Jangan kau lakukan bila itu terpaksa.
“Aku harus pergi ma, aku mohon. Aku ingin melupakan semuanya tenang aku dan Andre”.
Akhirnya Mama mengizinkan Dee untuk pergi ke Canada.
“Terimakasih ma, ucap Dee kepada mama”.
***
Tiga tahun kemudian. Dee kembali ke Jakarta setelah menyelesaikan pendidikannya di Canada.
Dengan haru Dee merasakan perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu dan rumahnya. Kini ibunya sudah memiliki mobil dan sudah bisa menyetir sendiri. Kucing-kucing yang dia pelihara hilang semua karena Dee pergi.
“Dee kau mendapat undangan melihat pameran lukisan dari temanmu”, ujar mama sambil menyerahkan undangan kepada Dee. Tanpa tahu dari siapa undangan itu Dee menerimanya dengan senang hati karena Dee sudah rindu dengan lukisan indah.
***
Ketika Dee sedang asyik memandang lukisan, terdengar langkah seseorang menghampirinya. Dee menengok kearah orang itu dan menyapa orang itu.
Laki-laki menyapa, “Terimakasi telah datang ke pameran pertamaku”.
“Apa kita saling kenal?? Ucap Dee. Tapi terimakasih karena kamu telah mengundangku kesini”.
“Kau sudah tidak mengealku lagi Dee”.
“Kau siapa??”.
“Aku Anrde, Dee. Masih ingatkah kau padaku??”
“Benarkah kau Andre??” Dee bertanya dalam hati. Andre yang dulu tampan berubah menjadi seperti ini.
“Iya aku Andre, karena sebuah kecalakaan wajahku jadi seperti ini. Aku kehilangan pekerjaan, uang, rumah, harta dan Shakira meninggalkanku Dee. Setelah kejadian itu aku sadar aku telah menyakitimu. Aku terus mencarimu kemana-mana. Aku tanya mamamu taidia tidak mau memberi tahuku. Tapi setelah aku berbicara pada mamamu, beliau memeberitahuku dimana keberadaamu. Maafkan aku Dee. Aku masih mencintaimu dan aku ingin kembali padamu. Berikanlah aku kesempatan”.“Aku janji takkan pernah melukaimu lagi. Aku mencintaimu, Dee. Aku akan mengoperasi kembali wajahku dan menjadi Andremu yang dulu.” Butiran airmata Andre turun perlahan.
“Dre, Aku mencintaimu, dulu, hari ini, dan masa nanti. Tak peduli seperti apa kamu sekarang.” Dee memeluk Andre. Ya, Dre, karena cintalah aku memberi maaf sebelum kamu meminta maaf, karena cinta aku memberi kesempatan sebelum kamu meminta kesempatan itu, dan karena cinta aku menerimamu apa adanya. Desah Dee dalam bahagia.
Unsur-unsur Instrinsik Cerpen “Karena Cinta” :
1 Tema : Cerpen ini bertema tetang cinta.
2. Alur : Maju
3. Penokohan :
1. Andre : pengkhianat, tapi dia orang ag mau menyadai kesalahan dan
Mau memperbaiki kesalahannya.
2. Dee : orang yang sabar, tidak pendendam, dan setia.
3. Mama : sabar, baik, selalu mendukung apa yang anaknya lakukan.
4. Shakira : jahat, perebut pacar orang, pengkhianat, matre.
4. Latar :
- Tempat : Rumah, bandara, kantor,gedung.
- Suasana : Senang, sedih, bahagia.
5. Sudut Pandang : Cerpen ini menggunaka sudut pandang orang pertama.
Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
Written by ACHMAD MAULUDI SUJONO on October 28, 2009 – 7:02 pm
Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern.
Kerajaan Sriwijaya (dari abad ke-7 Masehi) memakai bahasa Melayu (sebagai bahasa Melayu Kuno) sebagai bahasa kenegaraan. Hal ini diketahui dari empat prasasti berusia berdekatan yang ditemukan di Sumatera bagian selatan peninggalan kerajaan itu. Pada saat itu bahasa Melayu yang digunakan bertaburan kata-kata pinjaman dari bahasa Sanskerta. Sebagai penguasa perdagangan di kepulauan ini (Nusantara), para pedagangnya membuat orang-orang yang berniaga terpaksa menggunakan bahasa Melayu, walaupun secara kurang sempurna. Hal ini melahirkan berbagai varian lokal dan temporal, yang secara umum dinamakan bahasa Melayu Pasar oleh para peneliti. Penemuan prasasti berbahasa Melayu Kuno di Jawa Tengah (berangka tahun abad ke-9) dan di dekat Bogor (Prasasti Bogor) dari abad ke-10 menunjukkan adanya penyebaran penggunaan bahasa ini di Pulau Jawa. Keping Tembaga Laguna yang ditemukan di dekat Manila, Pulau Luzon, berangka tahun 900 Masehi juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.
Kajian linguistik terhadap sejumlah teks menunjukkan bahwa paling sedikit terdapat dua dialek bahasa Melayu Kuno yang digunakan pada masa yang berdekatan. Sayang sekali, bahasa Melayu Kuno tidak meninggalkan catatan dalam bentuk kesusasteraan meskipun laporan-laporan dari Tiongkok menyatakan bahwa Sriwijaya memiliki perguruan agama Buddha yang bermutu.
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Bentuk bahasa ini lebih halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif Bahasa Melayu Pasar.[rujukan?]
Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda melihat bahwa bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi. Promosi bahasa Melayu dilakukan di sekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Pada periode ini mulai terbentuklah “bahasa Indonesia” yang secara perlahan terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.
Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.
Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di bukunya Malay Archipelago bahwa “penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di seluruh Hindia Belanda.”
Jan Huyghen van Linschoten di dalam bukunya Itinerario menuliskan bahwa “Malaka adalah tempat berkumpulnya nelayan dari berbagai negara. Mereka lalu membuat sebuah kota dan mengembangkan bahasa mereka sendiri, dengan mengambil kata-kata yang terbaik dari segala bahasa di sekitar mereka. Kota Malaka, karena posisinya yang menguntungkan, menjadi bandar yang utama di kawasan tenggara Asia, bahasanya yang disebut dengan Melayu menjadi bahasa yang paling sopan dan paling pas di antara bahasa-bahasa di Timur Jauh.”
Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901, Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen sedangkan pada tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.[6]
Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa : “Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.”[7]
Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia.
Rating: 0.0/10 (0 votes cast)
Rating: 0 (from 0 votes)
Posted in Indonesiaku, Pendidikan, Sastra | No Comments »
What do you think about grammar?
Written by coolz_man.utd_12 on October 26, 2009 – 8:28 pm
As usual, Most of the students don’t often understand about grammar usage as well because the grammar usage is very difficult to learn especially the english grammar. Sometimes, we often talk to another people but we can’t know it what the grammar usage is wrong or right. the subject of grammar should be taught for the students while the graduate of students junior high school and senior high school.
Grammar can be taught for the children.
The children should have been taught about grammar by the teachers which give to learn of the easy method in the school. in other hand, the parents has role to give the right of language for the children, so the children could develop on their idea about the structural of language within the grammar usage.
i have divided five functions of languages with regard to the grammar used by children:
1. the personal function is to express emotions, personality and reactions
2. the imaginative function serves to create on their ideas
3. they can use to make statement of the languages very well
4. they can know to learn about the environtment
5. the regulatory function of languages is the control of events.
so, Grammar is the set of logical and structural rules that govern the composition of sentences. In other hand, Grammar has role of the people that can govern of the structural of languages.
Tiga Teori Hubungan Antar Manusia
Tiga Teori Hubungan Antar Manusia
Manusia adalah makhluk social, artinya manusia hanya akan menjadi
apa dan siapa bergantung ia bergaul dengan siapa. Manusia tidak bisa
hidup sendirian, sebab jika hanya sendirian ia tidak "menjadi"
manusia. Dalam pergaulan hidup, manusia menduduki fungsi yang
bermacam-macam. Di satu sisi ia menjadi anak buah, tetapi di sisi
lain ia adalah pemimpin. Di satu sisi ia adalah ayah atau ibu,
tetapi di sisi lain ia adalah anak. Di satu sisi ia adalah kakak,
tetapi di sisi lain ia adalah adik. Demikian juga dalam posisi guru
dan murid, kawan dan lawan, buruh dan majikan, besar dan kecil,
mantu dan mertua dan seterusnya. . Dalam hubungan antar manusia
(interpersonal), ada pemimpin yang sangat dipatuhi dan dihormati
rakyatnya, ada juga yang hanya ditakuti bukan dihormati, begitupun
guru atau orang tua, ada yang dipatuhi dan dihormati , ada juga
orang tua dan guru yang tidak dipatuhi dan tidak pula dihormati.
Mengapa terjadi demikian ?
Ada tiga teori yang dapat membantu menerangkan model dan kualitas
hubungan antar manusia itu.
[1]Teori Transaksional (model Pertukaran Sosial)
Menurut teori ini, hubungan antar manusia (interpersonal) itu
berlangsung mengikuti kaidah transaksional, yaitu apakah masing-
masing merasa memperoleh keuntungan dalam transaksinya atau malah
merugi. Jika merasa memperoleh keuntungan maka hubungan itu pasti
mulus, tetapi jika merasa rugi maka hubungan itu akan terganggu ,
putus, atau bahkan berubah menjadi permusuhan.
Demikian juga rakyat dan pemimpin, suami- isteri, mantu - mertua,
direktur-anak buah, guru-murid, mereka berfikir; kontribusi mereka
sebanding dengan keuntungan yang diperoleh atau malah rugi. Demikian
juga hubungan antara daerah dengan pusat, antara satu entitas dengan
entitas lain.
[2]Teori Peran
Menurut teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada
skenario yang disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan
bagaimana peran setiap orang dalam pergaulannya. Dalam skenario itu
sudah `tertulis" seorang Presiden harus bagaimana, seorang gubernur
harus bagaimana, seorang guru harus bagaimana, murid harus
bagaimana. Demikian juga sudah tertulis peran apa yang harus
dilakukan oleh suami, isteri, ayah, ibu, anak, mantu, mertua dan
seterusnya. Menurut teori ini, jika seseorang mematuhi skenario,
maka hidupnya akan harmoni, tetapi jika menyalahi skenario, maka ia
akan dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara. Dalam era
reformasi sekarang ini nampak sekali pemimpin yang menyalahi
scenario sehingga sering didemo public.
[3]Teori Permainan
Menurut teori ini, klassifikasi manusia itu hanya terbagi tiga,
yaitu anak-anak, orang dewasa dan orang tua. Anak-anak itu manja,
tidak ngerti tanggungjawab, dan jika permintaanya tidak segera
dipenuhi ia akan nangis terguling-guling atau ngambek. Sedangkan
orang dewasa, ia lugas dan sadar akan tanggungjawab, sadar akibat
dan sadar resiko. Adapun orang tua, ia selalu memaklumi kesalahan
orang lain dan menyayangi mereka. Tidak ada orang yang merasa aneh
melihat anak kecil menangis terguling-guling ketika minta eskrim
tidak dipenuhi, tetapi orang akan heran jika ada orang tua yang
masih kekanak-kanakan. Suasana rumah tangga juga ditentukan oleh
bagaimana kesesuaian orang dewasa dan orang tua dengan sikap dan
perilaku yang semestinya ditunjukkan. Jika tidak maka suasana pasti
runyam. Demikian juga hubungan antara pusat dan daerah, antara
atasan dan bawahan. Aparat Pemerintah mestilah bersikap dewasa,
Presiden dan Ketua MPR mestilah jadi orang tua.
Memang menjadi tua itu pasti, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan.
Dewasa ini kita banyak menjumpai orang-orang yang telah berhasil
menduduki "kursi kedewasaan" tetapi perilaku mereka masih belum
beranjak dari kanak-kanak. DPR yang mestinya sudah dewasa, eh...
perilakunya terkadang justru seperti Taman Kanak-kanak , kata
Presiden Gus Dur waktu itu..
Manusia adalah makhluk social, artinya manusia hanya akan menjadi
apa dan siapa bergantung ia bergaul dengan siapa. Manusia tidak bisa
hidup sendirian, sebab jika hanya sendirian ia tidak "menjadi"
manusia. Dalam pergaulan hidup, manusia menduduki fungsi yang
bermacam-macam. Di satu sisi ia menjadi anak buah, tetapi di sisi
lain ia adalah pemimpin. Di satu sisi ia adalah ayah atau ibu,
tetapi di sisi lain ia adalah anak. Di satu sisi ia adalah kakak,
tetapi di sisi lain ia adalah adik. Demikian juga dalam posisi guru
dan murid, kawan dan lawan, buruh dan majikan, besar dan kecil,
mantu dan mertua dan seterusnya. . Dalam hubungan antar manusia
(interpersonal), ada pemimpin yang sangat dipatuhi dan dihormati
rakyatnya, ada juga yang hanya ditakuti bukan dihormati, begitupun
guru atau orang tua, ada yang dipatuhi dan dihormati , ada juga
orang tua dan guru yang tidak dipatuhi dan tidak pula dihormati.
Mengapa terjadi demikian ?
Ada tiga teori yang dapat membantu menerangkan model dan kualitas
hubungan antar manusia itu.
[1]Teori Transaksional (model Pertukaran Sosial)
Menurut teori ini, hubungan antar manusia (interpersonal) itu
berlangsung mengikuti kaidah transaksional, yaitu apakah masing-
masing merasa memperoleh keuntungan dalam transaksinya atau malah
merugi. Jika merasa memperoleh keuntungan maka hubungan itu pasti
mulus, tetapi jika merasa rugi maka hubungan itu akan terganggu ,
putus, atau bahkan berubah menjadi permusuhan.
Demikian juga rakyat dan pemimpin, suami- isteri, mantu - mertua,
direktur-anak buah, guru-murid, mereka berfikir; kontribusi mereka
sebanding dengan keuntungan yang diperoleh atau malah rugi. Demikian
juga hubungan antara daerah dengan pusat, antara satu entitas dengan
entitas lain.
[2]Teori Peran
Menurut teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada
skenario yang disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan
bagaimana peran setiap orang dalam pergaulannya. Dalam skenario itu
sudah `tertulis" seorang Presiden harus bagaimana, seorang gubernur
harus bagaimana, seorang guru harus bagaimana, murid harus
bagaimana. Demikian juga sudah tertulis peran apa yang harus
dilakukan oleh suami, isteri, ayah, ibu, anak, mantu, mertua dan
seterusnya. Menurut teori ini, jika seseorang mematuhi skenario,
maka hidupnya akan harmoni, tetapi jika menyalahi skenario, maka ia
akan dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara. Dalam era
reformasi sekarang ini nampak sekali pemimpin yang menyalahi
scenario sehingga sering didemo public.
[3]Teori Permainan
Menurut teori ini, klassifikasi manusia itu hanya terbagi tiga,
yaitu anak-anak, orang dewasa dan orang tua. Anak-anak itu manja,
tidak ngerti tanggungjawab, dan jika permintaanya tidak segera
dipenuhi ia akan nangis terguling-guling atau ngambek. Sedangkan
orang dewasa, ia lugas dan sadar akan tanggungjawab, sadar akibat
dan sadar resiko. Adapun orang tua, ia selalu memaklumi kesalahan
orang lain dan menyayangi mereka. Tidak ada orang yang merasa aneh
melihat anak kecil menangis terguling-guling ketika minta eskrim
tidak dipenuhi, tetapi orang akan heran jika ada orang tua yang
masih kekanak-kanakan. Suasana rumah tangga juga ditentukan oleh
bagaimana kesesuaian orang dewasa dan orang tua dengan sikap dan
perilaku yang semestinya ditunjukkan. Jika tidak maka suasana pasti
runyam. Demikian juga hubungan antara pusat dan daerah, antara
atasan dan bawahan. Aparat Pemerintah mestilah bersikap dewasa,
Presiden dan Ketua MPR mestilah jadi orang tua.
Memang menjadi tua itu pasti, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan.
Dewasa ini kita banyak menjumpai orang-orang yang telah berhasil
menduduki "kursi kedewasaan" tetapi perilaku mereka masih belum
beranjak dari kanak-kanak. DPR yang mestinya sudah dewasa, eh...
perilakunya terkadang justru seperti Taman Kanak-kanak , kata
Presiden Gus Dur waktu itu..
9 penyebab ketakutan
Hampir kebanyakan orang yang pernah merasakan berbicara didepan umum, pasti pernah mengalami ketakutan. Keringat dingin, gelisah, selalu merasa ingin ke toilet adalah sebagian refleksi dari rasa ketakutan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ada 9 penyebab ketakutan yang signifikan ketika berbicara didepan umum :
1. Takut akan gagal, ingin selalu sukses dan takut gagal malah kadangkala membuat ketakutan itu semakin besar.
2. Tidak ada rasa percaya diri, merasa diri tidak mampu untuk melakukan hal tersebut.
3. Traumatis, memiliki rasa takut dan merasa sendirian ketika berdiri di panggung dan semua mata melihat padanya.
4. Takut dinilai/dihakimi, hal ini terjadi karena adanya perasaan takut ketika banyak orang membicarakan dirinya atau pendapatnya.
5. Terlalu perfeksionis, perfeksionis baik, tetapi terlalu perfeksionis dan berharap terlalu banyak pada dirinya sendiri malah membuat efek negatif.
6. Takut akan orang banyak, merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri ketika berbicara di depan puluhan, ratusan atau ribuan orang.
7. Kurangnya persiapan, persiapan yang minim membuat rasa takut untuk berbicara di cepan umum ini semakin menjadi-jadi.
8. Stress, menghindari stress ketika berbicara di depan umum.
9. Blank, takut tidak tahu apa yang harus dilakukan, apa yang harus dibicarakan ketika berbicara didepan umum.
Semua penyebab ketakutan diatas harus diatasi, pahamilah bahwa semua orang mengalaminya bahkan pembicara hebatpun pasti pernah mengalaminya. So…kenali dan taklukan penyebab rasa takutmu.
1. Takut akan gagal, ingin selalu sukses dan takut gagal malah kadangkala membuat ketakutan itu semakin besar.
2. Tidak ada rasa percaya diri, merasa diri tidak mampu untuk melakukan hal tersebut.
3. Traumatis, memiliki rasa takut dan merasa sendirian ketika berdiri di panggung dan semua mata melihat padanya.
4. Takut dinilai/dihakimi, hal ini terjadi karena adanya perasaan takut ketika banyak orang membicarakan dirinya atau pendapatnya.
5. Terlalu perfeksionis, perfeksionis baik, tetapi terlalu perfeksionis dan berharap terlalu banyak pada dirinya sendiri malah membuat efek negatif.
6. Takut akan orang banyak, merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri ketika berbicara di depan puluhan, ratusan atau ribuan orang.
7. Kurangnya persiapan, persiapan yang minim membuat rasa takut untuk berbicara di cepan umum ini semakin menjadi-jadi.
8. Stress, menghindari stress ketika berbicara di depan umum.
9. Blank, takut tidak tahu apa yang harus dilakukan, apa yang harus dibicarakan ketika berbicara didepan umum.
Semua penyebab ketakutan diatas harus diatasi, pahamilah bahwa semua orang mengalaminya bahkan pembicara hebatpun pasti pernah mengalaminya. So…kenali dan taklukan penyebab rasa takutmu.
Langganan:
Postingan (Atom)